TEMPO.CO, Megetan - Kebakaran hutan di Lereng Gunung Lawu yang masuk wilayah kerja Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan Lawu dan sekitarnya sudah terjadi berulang kali. Humas KPH Lawu dan sekitarnya, Dwi Sulistjorini, mengatakan api diduga berasal dari Kabupaten Ngawi.
Menurut dia, ada dua kemungkinan penyebab kebakaran hutan tersebut. "Pertama ulah pencari madu," kata Dwi, Senin, 19 Oktober 2015. Menurut dia, pencari madu biasa menggunakan api untuk mengusir lebah.
Penyebab kebakaran kedua, kata Dwi, para pendaki gunung yang meninggalkan api unggun sebelum bara benar-benar padam. Sehingga saat tertiup angin, bara cepat menjadi kobaran api yang mudah menjalar saat musim kemarau berlangsung.
Kebakaran terjadi di lereng Gunung Lawu pada Ahad, 18 Oktober 2015. Tujuh pendaki dan dua orang mengalami luka-luka akibat insiden ini. “Kebakaran kali ini termasuk paling besar pada musim kemarau sekarang," kata Dwi.
Menurut dia, sudah sejak Agustus kemarin 140 hektare lahan dan hutan di Gunung Lawu terbakar. Adapun kebakaran yang terbaru belum dihitung luasan lahan yang terbakar lantaran Perum Perhutani dibantu pelbagai instansi masih fokus mengevakuasi para pendaki yang kemungkinan masih berada di lereng gunung setelah tragedi terjadi. Para petugas itu menyisir kawasan Cemoro Sewu yang masih masuk Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan.
Kepala Kepolisian Resor Magetan Ajun Komisaris Besar Johanson Ronald Simamora mengatakan kerja sama juga dilakukan dengan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Sebab, jalur pendakian Gunung Lawu melalui Cemoro Kandang bisa diakses dari wilayah kabupaten tersebut. “Sejak Jumat kemarin, Cemoro Sewu ditutup karena terjadi kebakaran. Jalur masuk diakses melallui Cemoro Kandang, maka kami meminta data pendaki kepada mereka,” ucap Johanson.
NOFIKA DIAN NUGROHO