TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Redaksi LPM Lentera Bima Satria Putra menyatakan pihak pertama yang meminta agar majalah ditarik dari peredaran adalah Rektor Universitas Kristen Satya Wacana Jhon Titaley dan Dekan Fisikom UKSW Daru Purnomo. Bima menceritakan pada Jumat, 16 Oktober 2015 pukul 21.00 WIB, Rektor mengundang pimpinan Lentera di Gedung Administrasi Pusat UKSW.
“Mereka minta redaksi Lentera harus menarik semua majalah yang tersisa dari semua agen,” kata Bima, Senin, 19 Oktober 2015.
Baca Juga:
Selanjutnya, pada Sabtu, 17 Oktober 2015, dua orang anggota Lentera hendak mengambil majalah di satu agen majalah di Salatiga. Namun, kepolisian sudah terlebih dahulu mengambil majalah tersebut. Akibatnya, muncul kesan awak Lentera tidak serius mengambil majalah yang sudah diedarkan.
Bima menambahkan, sehari kemudian atau Ahad, 18 Oktober 2015, tiga pengelola Lentera dipanggil Polres Salatiga. Mereka adalah Pemimpin Umum LPM Lentera Arista Ayu Nanda, Pemimpin Redaksi LPM Lentera Bima Satria Putra, dan bendahara LPM Lentera Septi Dwi Astuti.
Majalah Lentera Dibredel:
Lentera Diberedel, Tiga Alasan Dekan Minta Majalah Ditarik
Majalah Lentera Diberedel, Polisi: Sampulnya Bendera Palu Arit
Majalah Lentera Diberedel Polres Salatiga, Kapolri: Saya belum Tahu
Sebelum diinterogasi, kata Bima, perwakilan Lentera dipertemukan dengan Dekan Fiskom, Koorbidkem Fiskom, Pembantu Rektor II, III dan V. Menurut Bima, mereka mempersoalkan judul sampul yang menimbulkan persepsi bahwa Kota Salatiga adalah kota PKI. Selain itu, terdapat simbol palu arit di sampul depannya. LPM Lentera pun mengikuti kemauan civitas akademika dan Polres Salatiga itu.
“Anggota LPM Lentera saat ini sedang dalam mengumpulkan majalah-majalah tersebut,” kata Bima.
Bima menegaskan redaksi Lentera tidak pernah berniat menyerang golongan dan kelompok masyarakat tertentu. “Kami juga telah menerapkan asas-asas jurnalisme presisi dengan melakukan riset dan penelusuran kepustakaan yang mendalam, observasi lapangan dan verifikasi narasumber untuk menghasilkan reportase yang baik dan benar,” kata Bima.
Kepala Kepolisian Resort Salatiga Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Yudho Hermanto membenarkan Rektor UKSW-lah yang meminta Majalah Lentera ditarik. Jum’at malam 16 Oktober 2015 lalu, kata Yudho, Muspida Kota Salatiga bersama dengan pengelola UKSW secara khusus berkumpul untuk membahas masalah tersebut.
Mereka yang hadir dalam pertemuan adalah Wali kota Salatiga, Ketua DPRD Salatiga, Kodim, hingga Rektor UKSW Jhon Titaley dengan didampingi para pembantu rektor. Saat itu, kata Yudho, ada kesepakatan untuk menarik Majalah LPM Lentera.
“Bahkan yang meminta menarik adalah pak Jhon (rektor) sendiri,” kata Yudho. Polres Salatiga juga membantah jika disebut melakukan pembreidelan dan akan membakar majalah.
Tempo belum bisa mengonfirmasi kasus ini ke Jhon Titaley. Nomor ponselnya tak bisa dihubungi. Menurut informasi yang dikumpulkan Tempo, Jhon sedang kunjungan ke Belanda sejak Sabtu, 17 Oktober 2015.
ROFIUDDIN