TEMPO.CO, Bandung - Volume sampah melonjak dalam semalam ketika acara nonton bareng final Piala Presiden dihelat di sejumlah lokasi di Bandung. Pasukan Kuning atau petugas lapangan Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung bekerja keras setelah pertandingan usai hingga pukul 03.00 dinihari. Mayoritas sampah bekas kemasan makanan dan minuman.
Direktur PD Kebersihan Kota Bandung Deni Nurdyana mengatakan lokasi nonton bareng pertandingan final sepak bola antara tim Persib dan kesebelasan Sriwijaya FC tersebar di Bandung. Tempatnya dari lingkungan RT hingga area publik yang menampung ratusan hingga ribuan orang.
Area publik itu seperti Alun-alun Bandung, Taman Film, Alun-alun Ujung Berung, Cikapundung Riverspot, dan Stadion Persib. Dari pantauan Tempo di sekitar Alun-alun Bandung, kelompok kecil dan puluhan penonton tersebar di kios pinggir jalan hingga kafe dan toko swalayan, seperti di Jalan Braga.
Di lokasi Alun-alun Bandung dan Cikapundung Riverspot yang berjarak sekitar seratus meter, volume sampah dalam semalam seusai acara nonton bareng bubar mencapai delapan kubik atau dua ton. Jumlah itu setara dengan bak truk sampah besar, atau dua kali lipat dibanding volume sampah harian di sana. “Biasanya dalam sehari pengangkutan sore, volumenya empat-lima kubik sampah atau setengah truk,” ujar Deni, Senin, 19 Oktober 2015.
Kondisi itu sama seperti perayaan malam takbiran Idul Fitri dan perayaan malam tahun baru. Di lokasi nonton bareng lainnya juga jumlah sampah kemasan makanan dan minuman bertambah, tapi tak sebanyak di kawasan Alun-alun yang penuh disesaki penonton. “Kami kerahkan petugas shif tiga berjumlah 60 orang, pagi hari sudah bersih,” katanya.
Deni mengatakan petugas lapangan cukup terbantu karena kesadaran penonton agar tidak membuang sampah sembarangan cukup baik. Sebelum pertandingan dimulai, petugas meminta agar mereka tertib membuang sampah. “Ada titik-titik pembuangan sehingga petugas terbantu,” ujar Deny. Sampah kemasan itu sebagian tak langsung dibawa ke tempat pembuangan akhir sampah, melainkan dibawa para pemulung.
ANWAR SISWADI