TEMPO.CO , Yogyakarta:Daerah Istimewa Yogyakarta kekurangan jumlah pemandu wisata yang bisa berbahasa Mandarin. Padahal Pemerintah DIY telah menandatangani kerja sama persahabatan dengan Pemerintah Kota Shanghai pada 6 Agustus 2014 lalu. Salah satu poin kerja samanya, Pemerintah Shanghai menawarkan penambahan jumlah kunjungan turis Shanghai ke Yogyakarta, yang baru mencapai belasan ribu orang pada 2013.
“Kami memang kekurangan. Baru ada tujuh orang (pemandu wisata berbahasa Mandarin),” kata Ketua Bidang Pendidikan Himpunan Pramusiwata Indonesia (HPI) DIY Parwono saat dihubungi Tempo, Ahad, 18 Oktober 2015.
Bahkan hasil sertifikasi pemandu wisata baru pada 2015, dari 25 orang peserta, hanya satu orang yang mempunyai kemampuan bahasa Mandarin. Mayoritas pemandu wisata di DIY berbahasa Inggris dan Prancis. (Lihat video Berkah Tour De Singkarak, Penabuh Gandang Tabuik di Bukit Tinggi)
“Peminatnya sedikit karena memang bahasanya sulit,” kata Parwono.
Sejauh ini, DIY mengandalkan wisatawan asal Cina yang berkunjung ke Bali untuk kemudian melanjutkan kunjungan ke Yogyakarta.
“Ada sekitar 300 orang,” kata Parwono.
Asisten Sekretaris Daerah Bidang Perekonomian dan Pembangunan DIY, Didi Purwadi, menjelaskan dalam kerja sama di bidang budaya dengan Shanghai, telah ada penandatanganan nota kesepahaman untuk membangun rumah persahabatan atau Yogyakarta-Shanghai Friendship House. Rumah yang digunakan adalah sebuah rumah berarsitektur Cina, yang berada di kampung Ketandan, kawasan Malioboro, Yogyakarta, yang akan diresmikan pada 2016.
“Nanti akan ada guru bahasa Mandarin dari Shanghai yang tinggal di sana,” kata Didi.
PITO AGUSTIN RUDIANA