TEMPO.CO, Banda Aceh - Menyikapi penyerangan masa terkait pendirian rumah ibadah di Aceh Singkil, 13 Oktober 2015, Wali kota Banda Aceh Illiza Saaduddin Djamal menggelar pertemuan di ruang rapatnya bersama jajaran Pemerintah Kota Banda Aceh dengan lintas pemuka agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB ) Banda Aceh, Kamis, 15 Oktober 2015.
Pemerintah Kotamadya Banda Aceh akan melakukan langkah-langkah agar permasalahan di Singkil tidak meluas hingga ke Banda Aceh. “Apa yang terjadi di Singkil bukanlah persolan mudah jika tidak diatasi dengan bijak. Maka persoalan ini bisa saja meluas,” kata Illiza.
Menurut Illiza, persoalan tersebut harus disikapi dengan cepat, musyawarah dan mufakat. Wali Kota juga memberikan imbauan agar khatib yang berceramah pada hari Jumat, 16 Oktober 2015 dapat menyampaikan serta memberikan penyejukan dalam kerukunan beragama. “Tidak ada khatib yang membakar atau memanaskan jamaah terhadap kejadian yang terjadi di Aceh Singkil,” ujarnya.
Kapolresta Banda Aceh Komisaris Besar (Kombes) Zulkifli berharap agar kejadian yang terjadi di daerah lain tidak berimbas di Banda Aceh. "Untuk langkah-langkah agar tidak meluasnya kejadian tersebut, kami telah melakukan komunikasi dengan berbagai pihak," ujarnya.
Kapolres juga mengimbau kepada seluruh insan pers maupun masyarakat agar dapat meredam suasana menjadi penyejuk, dengan tidak memberikan informasi yang berlebihan. Untuk mencegah terjadinya kerusuhan.
Ketua MPU Banda Aceh Tgk A karim Syeh ikut memberikan masukan. Menurut dia, ada beberapa pencegahan yang mesti dilakukan agar tidak meluasnya kejadian ini di Banda Aceh. "Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah berdiskusi dengan pihak rektorat. Selanjutnya harus diajak duduk bersama ormas-ormas Islam," ujarnya.
Menurut dia, permasalahan rumah ibadah telah diatur sedemikian jelas pada peraturan Menteri maupun Gubernur. "Jika taat pada peraturan yang telah ada maka konflik tidak pernah terjadi," ujarnya.
Willy dari unsur Agama Budha, Banda Aceh menyambut baik pertemuan tersebut. “Awalnya kami berpikir bahwa besok (Jumat) merupakan hari yang menakutkan bagi kami. Namun setelah ada pertemuan serta imbauan dari Wali kota, kini kami dari umat Buddha sudah merasa lega,” ujarnya.
Pendeta Robertus dari Gereja Katolik menyambut baik inisiatif Wali Kota tersebut untuk duduk bersama membahas langkah-langkah agar tidak terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Dia berjanji akan memberikan arahan kepada umatnya. “Kami akan menyejukkan umat yang ada di gereja Katolik,” ujarnya.
ADI WARSIDI