TEMPO.CO, Surabaya - Calon Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, meminta saksi dan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mewaspadai praktek politik uang. Calon inkumben itu mengaku menerima informasi adanya oknum yang sudah bergerilya mengiming-imingi uang untuk mencoblos seorang calon.
“Jika mau menerima uang itu, kita akan menyesal selama lima tahun ke depan,” kata Risma di Gedung Wanita, Surabaya, Jumat, 16 Oktober 2015.
Risma berujar, modus para oknum itu adalah para pemilih diminta memotret dengan kamera kecil saat mencoblos di bilik suara lalu ditukarkan dengan sejumlah uang yang telah disediakan oknum tersebut. Dia berharap semua saksi dan kader PDI Perjuangan Kota Surabaya selalu cermat di tempat pemungutan suara. “Tolong, langsung komplain jika menemukan kejadian seperti itu,” ucapnya.
Wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya ini menepis isu bahwa dia kurang memperhatikan kawasan pinggiran selama lima tahun terakhir masa pemerintahannya. Risma memastikan pemerintahannya telah membangun infrastruktur jalan dan institusi pendidikan di kawasan pinggiran Kota Surabaya.
"Buktinya bisa dicek di Sukolilo dan Mulyorejo. Waktu jadi Wali Kota Surabaya, saya bangun infrastruktur jalan. Tujuannya, untuk akses ekonomi," tutur Risma.
Dalam pilkada Kota Surabaya, Risma, yang berpasangan dengan Whisnu Sakti Buana, akan berhadapan dengan Rasiyo-Lucy Kurniasari yang diusung Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional.
Berdasarkan hasil survei internal PDIP, elektabilitas Risma-Whisnu merangkak naik. Elektabilitas pasangan tersebut pada September lalu mencapai 87 persen, naik 2 persen dibanding bulan sebelumnya.
MOHAMMAD SYARRAFAH