TEMPO.CO, Bandung - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir ingin ikut menyiapkan materi wawasan kebangsaan dan bela negara untuk kalangan mahasiswa se-Indonesia.
“Konsep yang kami rancang, yakni kampus mengajarkan sistem bela negara yang baik, selama ini tidak pernah ada,” katanya di Aula Barat Institut Teknologi Bandung, Kamis, 15 Oktober 2015.
Menurut Nasir, bela negara tidak hanya ditujukan kepada anggota Resimen Mahasiswa (Menwa), melainkan semua mahasiswa. Inti materi untuk kampus tersebut adalah bagaimana mahasiswa punya rasa memiliki negara dan membelanya serta mempunyai semangat nasionalisme. “Contoh masalah teknologi informasi dan komunikasi, mahasiswa berkreasi inovasi untuk dimanfaatkan Indonesia,” ucapnya.
Selain itu, materi bela negara akan berisi ajaran soal kedisiplinan. “Kami akan mengambil sistemnya untuk kedisiplinan dari TNI, bukan militerisasi,” ujarnya.
Untuk materi yang direncanakan segera diterapkan itu, kata Nasir, mahasiswa nantinya tidak perlu dikarantina. “Karantina biayanya mahal. Di kampus saja dengan rektor dan pangdam,” tuturnya.
Menurut Nasir, mahasiswa Indonesia harus bekerja keras, cerdas, dan ikhlas. “Ikhlas itu bekerja dengan sepenuh hati,” katanya. Kementerian Riset akan membahas materi wawasan kebangsaan dan bela negara dengan Tentara Nasional Indonesia.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menargetkan seratus juta kader bela negara hingga sepuluh tahun ke depan. Pembentukan kader bela negara bertujuan menciptakan Indonesia yang kuat.
Kekuatan sebuah negara, ucap dia pada Senin lalu, tidak hanya bermodalkan persenjataan, tapi juga nasionalisme rakyat. Sebagai langkah awal, pihaknya akan mengkader 4.500 pembina bela negara di 45 kabupaten dan kota. Setelah menjalani pengkaderan, mereka akan mendidik masyarakat agar ikut program bela negara.
ANWAR SISWADI