Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sengkarut Dana Keistimewaan Keraton Yogya di Malam 1 Suro  

image-gnews
Sesaji berisi seekor kambing dilarung oleh warga pada ritual larung sesaji peringati 1 Suro di Pantai Gua Cemara, Sanden, Bantul, Yogyakarta, 14 Oktober 2015. TEMPO/Pius Erlangga
Sesaji berisi seekor kambing dilarung oleh warga pada ritual larung sesaji peringati 1 Suro di Pantai Gua Cemara, Sanden, Bantul, Yogyakarta, 14 Oktober 2015. TEMPO/Pius Erlangga
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Kalangan Keraton Yogyakarta tak satu suara soal penggunan dana keistimewaan dalam perayaan malam 1 Suro yang diwarnai tradisi ritual tapa bisu mubeng (mengelilingi) beteng keraton pada Rabu malam, 14 Oktober 2015.

"Sejak ada dana keistimewaan, makin banyak yang mau menjadi penyelenggara tapa bisu," ujar salah seorang kerabat keraton keturunan Sultan Hamengku Buwono VIII, Kanjeng Raden Tumenggung Pudjodiningrat.

Dana keistimewaan merupakan dana yang diberikan pemerintah pusat kepada Daerah Istimewa Yogyakarta secara rutin tiap tahun melalui APBN. Dana diberikan sejak Undang-Undang Keistimewaan Nomor 13 Tahun 2012 disahkan.

Laki-laki yang juga penghageng Ndalem Pujokusuman itu mengatakan biasanya tiap 1 Suro pihaknya--melalui Paguyuban Songsong Buwono--memfasilitasi warga untuk merayakan ritual tapa bisu. "Sekarang dari internal keraton banyak intervensi dan mengatur prosesi ritual," ujar Pudjodiningrat, yang akrab disapa Romo Ibnu.

Bentuk intervensi keraton yang ditudingkan Pudjodiningrat, misalnya soal tata cara pelaksanaan. Selain itu, juga panitia yang menyelenggarakan. Paguyuban Songsong Buwono binaannya pun kali ini terpaksa mundur untuk tidak menggelar prosesi tapa bisu yang sudah mulai sejak 1996.

Pudjodiningrat menduga dana keistimewaan sudah menyebar ke berbagai kelompok-kelompok lain yang menjadi panitia prosesi Suro kali ini yang mengatasnamakan keraton.

Menanggapi tudingan intervensi Pudjodiningrat, keluarga keraton Gusti Bendoro Pangeran Haryo Prabukusumo menyatakan pihak keraton memang bukan penyelenggara. "Ini acara dari rakyat, keraton hanya memfasilitasi," ujar Prabu usai melepas acara tapa bisu di halaman keben keraton.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Prabu pun menyatakan untuk kelompok Abdi Dalem Keprajan yang menyelenggarakan acara ini tanpa anggaran dari keraton. "Saya tidak tahu kelompok lain dapat tidak dana keistimewaan itu untuk acara ini," ujarnya.

Kepala Bidang Sejarah Purbakala dan Museum Dinas Kebudayaan DIY Erlina Hidayati Sumardi menyatakan tahun ini tak ada kelompok yang mendapat bantuan dana keistimewaan untuk acara tapa bisu Suro. "Namun karena mubeng beteng sudah masuk agenda budaya nasional, tahun depan kami usulkan ada anggarannya," ujar Erlina.

Panitia Tapa Bisu Mubeng Beteng Keraton Kanjeng Raden Tumenngung Wijoyo Pamungkas menuturkan keraton tak pernah jadi penyelenggara. Jika ada keluarga keraton ikut hadir, itu bukan sebagai peserta dan ikut tapa bisu. "Kerabat keraton hadir sebagai tamu," ujarnya.

PRIBADI WICAKSONO

 
Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

12 jam lalu

Kampung Wisata Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok. Istimewa
Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.


Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

4 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?


Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

6 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.


Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

11 hari lalu

Alat Peraga Manual Pump di Kampung Kerajinan Taman Pintar Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.


78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

15 hari lalu

Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X menyebar udik-udik bagian dari acara Kondur Gongso di Masjid Agung Gedhe, Yogyakarta, (23/1). Upacara Kondur Gongso merupakan upacara dalam menyambut Maulud Nabi. TEMPO/Subekti
78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.


Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

15 hari lalu

Karcis parkir yang diberi tempelan jasa titip helm di Kota Yogyakarta. (Dok: media sosial)
Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.


Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

16 hari lalu

Logo perguruan pencak silat Merpati Putih. wikipedia
Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

Sejumlah teknik dan jurus pencak silat awalnya eksklusif dan hanya dipelajari keluarga bangsawan. Namun telah berubah dan lebih inklusif.


BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

35 hari lalu

Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Parangkusumo di Bantul, DI Yogyakarta, Jumat 1 Januari 2021. Pascapenutupan kawasan wisata pantai selatan Yogyakarta pada malam pergantian tahun baru, pengunjung memadati kawasan tersebut untuk menghabiskan libur tahun baru meskipun kasus COVID-19 di Yogyakarta terus meningkat. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.


269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

36 hari lalu

Prajurit Keraton Yogyakarta mengawal arak-arakan gunungan Grebeg Syawal di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 18 Juli 2015. Sebanyak enam buah gunungan diarak dalam acara ini. TEMPO/Pius Erlangga
269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

37 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755