TEMPO.CO, Sleman - Lahan pertanian di Kabupaten Sleman, menyusut setiap tahunnya. Alih fungsi lahan terus terjadi, untuk hunian maupun pusat ekonomi. Oleh karena itu, para pemuda ditantang menjadi petani dan mempertahankan lahan pertanian mereka.
Data Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan (DP2K) Sleman, menyebutkan luas lahan pertanian di Sleman pada 2014 seluas 22.300 hektare. Padahal, pada tahun sebelumnya masih seluas 22.560 hektare, atau menyusut 260 hektare. "Kami tantang petani tidak tergiur menjual lahan. Para pemuda juga diharapkan bisa meneruskan tradisi bertani, karena menjadi tonggak ketahanan pangan," kata Yuni Satia Rahayu, bekas Wakil Bupati Sleman, yang kini maju menjadi calon bupati, kemarin.
Saat ini, ketahanan pangan terancam, karena lahan untuk bercocok tanam dibanjiri investor, yang membangun pusat perbelanjaan, perumahan, dan perkantoran. Dia mengapresiasi upaya kelompok tani "Rejo Mulyo" di Nologaten, Catur Tunggal, yang masih bertahan mengelola lahan pertanian mereka.
Bahkan tanah kas desa pun tidak disewakan, kecuali untuk pertanian. Meski lahan terbatas, para petani justru membuat lumbung pangan di wilayah mereka. "Para petani menyewa lahan kas desa untuk bertani," kata Yuni.
Di Nologaten, para petani membuat lumbung padi untuk kebutuhan warga sekitar. Lumbung yang dikelola kelompok tani itu, ada 13 hektare, dikerjakan 55 petani. Sebelumnya, masih ada 15 hektare lahan yang mereka kelola. Tetapi karena ada alih fungsi, lahan itu berkurang.
Dijanjikan kepada petani, ada kedaulatan pangan. Juga akan mengusulkan dihapuskannya pajak lahan pertanian produktif di bawah satu hektare. Hasilnya akan dibeli untuk kebutuhan pegawai negeri di wilayah itu.
Mujiono Widi Soekarno, Ketua Kelompok Tani Rejo Mulyo, berharap Sleman bisa menjaga lahan pertanian untuk mewujudkan ketahanan pangan. "Perlindungan kepada petani sangat mutlak," kata dia.
Sabar Narimo, tim pemenangan pasangan nomor dua Sri Purnomo-Sri Muslimatun, menyatakan bahwa pihaknya juga serius mempertahankan sektor pertanian. Sektor perdagangan juga diperkuat. "Misalnya, di Sleman barat ada lahan pertanian, dan perikanan gurame, untuk pembagian airnya juga diupayakan semuanya mendapat jatah. Di sektor perdagangan juga ditingkatkan," kata dia.
Widi Sutikno, Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Sleman, mengatakan setiap tahun lahan tanaman pangan selalu berkurang. Sebab, tak mungkin ada penambahan, kecuali dipertahankan. "Ada pengendalian dan pertumbuhan pembangunan di lahan pertanian, sulit dihindari," katanya.
MUH. SYAIFULLAH