TEMPO.CO, Purwakarta - Indonesia kalah bersaing dengan Vietnam dalam investasi industri tekstil. "Kalah start, Vietnam membuka keran kerja sama dengan Uni Eropa tanpa biaya apa pun," kata Menteri Perindustrian Saleh Husein, sewaktu berkunjung ke Purwakarta, Senin, 12 Oktober 2015. Agar tidak berlanjut, pemerintah bernegosiasi dengan Uni Eropa. "Satu tim sudah diutus buat melakukan negosiasi."
Jika negosiasi berhasil, menurut Saleh, pemerintah optimistis industri tekstil Indonesia bakal mampu mengalahkan Vietnam. Ini karena pemerintah memberikan fasilitas tertentu untuk pengembangan industri tekstil domestik dalam bekerja sama dengan Uni Eropa.
Ikhtiar sama juga sedang dilakukan dengan Amerika. "Sebab, dari sisi sumber daya manusia, kita lebih unggul ketimbang Vietnam," kata Saleh. Selain Vietnam, pesaing lainnya adalah Cina. Hanya saja, dari sisi jumlah sumber daya manusia, industri tekstil domestik saat ini sedang menghadapi kekurangan.
Sebuah pabrik tekstil yang akan segera diresmikan di Boyolali membutuhkan jumlah tenaga kerja baru sebanyak 12 ribu pegawai. Namun, jumlah pelamarnya tidak mencukupi. Ini juga terjadi di pabrik tekstil di Wonogiri yang juga kesulitan mencari tenaga kerja.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan sejumlah pabrik tekstil yang ada di daerahnya, terus berkembang meski pun kondisi perekonomian nasional sedang mengalami pelambatan.
Dedi menyebutkan ketiga perusahaan raksasa tekstil yang beroperasi di Purwakarta tersebut yakni PT Indorama Synthetics, PT Indhobarat Rayon, dan PT South Pacivic Viscouse. "Ketiga perusahaan tersebut terus berkembang dan menyerap banyak tenaga kerja," ujarnya.
NANANG SUTISNA