TEMPO.CO, Jakarta - Staf Khusus Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Sylvana Apituley mengatakan pemerintah akan berfokus pada upaya peningkatan kapasitas tenaga kerja Indonesia, khususnya perempuan, sebelum berangkat ke luar negeri. Saat ini banyak perempuan Indonesia yang menjadi tenaga kerja di luar negeri.
“Tidak adanya pekerjaan di kampung membuat banyak perempuan memilih bekerja sebagai TKI," ucap Sylvana kepada Tempo di Menteng, Jakarta Pusat, Ahad, 11 Oktober 2015.
Menurut Sylvana, untuk mencegah kekerasan, diskriminasi, dan kegagalan TKI di luar negeri, mereka disiapkan dengan baik sebelum berangkat. Langkah yang ditempuh pemerintah adalah melakukan pelatihan intensif dengan kurikulum yang sesuai dengan lingkungan kerja di luar negeri.
Pemerintah juga akan menyediakan lapangan kerja di desa sehingga dapat memberi kesempatan perempuan untuk mengembangkan keterampilannya. "Dengan demikian, peningkatan ekonomi di desa dapat dilakukan dengan tetap mengedepankan keadilan gender," ujar Sylvana.
Sylvana menuturkan pemerintah ingin setiap perempuan yang memutuskan ke luar negeri berangkat dengan kemampuan memadai agar tidak dianggap remeh. “Mereka kan rajin, tapi perlu upaya peningkatan kemampuan menggunakan peralatan tertentu untuk lebih profesional. Paling ideal memang mengurangi jumlah TKI secara drastis. Namun itu program jangka panjang.”
Sekretaris Jenderal Koalisi Perempuan Indonesia Dian Kartikasari menilai akses kredit dari bank terhadap perempuan juga penting. “Akses perempuan terhadap kredit sampai sekarang bermasalah. Penting untuk mendorong Bank Indonesia agar membuat aturan, memastikan kredit untuk perempuan. Berapa perempuan yang menerima kredit dan berapa data untuk laki-laki yang menerima kredit,” tuturnya.
DANANG FIRMANTO