TEMPO.CO, Jambi - Akibat asap pekat, Presiden Joko Widodo tiga kali gagal melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Jambi. Rencana Jokowi untuk melihat langsung upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan serta kondisi kesehatan warga Jambi terpaksa batal karena pesawat tak bisa mendarat di Bandara Sultan Thaha Syaifuddin, Jambi.
Sejak pertengahan September lalu, Jokowi sudah diagendakan akan melakukan kunjungan kerja ke Jambi. Namun asap tebal yang menyelimuti Kota Jambi dan sekitarnya sejak hampir dua bulan terakhir kembali membuat kunjungan Presiden Jokowi dibatalkan.
"Gagalnya kedatangan Presiden ke Jambi karena kabut asap, sehingga tidak mungkin transportasi dilakukan melalui udara. Diagendakan lagi Sabtu besok, dengan harapan kondisi udara di Jambi sudah membaik," kata Kepala Penerangan Korem 042 Garuda Putih Mayor Inf Imam Syafei kepada Tempo, Jumat, 9 Oktober 2015.
Dalam agenda kunjungan kerja presiden, Jokowi seharusnya berangkat dari Sumatera Barat menuju Jambi kemudian ke Riau. "Melalui jalur darat dari Padang menuju Jambi memang bisa, tapi akan memakan waktu yang cukup panjang, sekitar 8-9 jam. Presiden juga dari Jambi akan ke Riau. Jadi waktunya tidak memungkinkan," ujar Imam Syafei.
Hari ini, Presiden tengah berkunjung ke Riau. Jika kondisi udara sudah memungkinkan, besok Presiden Jokowi berencana berangkat ke Jambi.
Di Jambi, Presiden akan mengunjungi salah satu kawasan lahan terbakar di Kabupaten Muarojambi. Jokowi juga dijadwalkan memeriksa pekerjaan canal blocking di Kabupaten Tanjungjabung Barat serta melihat pelayanan kesehatan di Kota Jambi.
Hari ini, jarak pandang di Kota Jambi dan sekitarnya masih di bawah 1.000 meter, yakni rata-rata 500-800 meter.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jambi Arif Munandar mengatakan titik panas di Jambi per 8 September 2015 nihil. Hal itu diketahui dari pantauan Satelit NOAA. "Kabut asap yang ada sekarang di Jambi merupakan kiriman dari daerah tetangga, antara lain Sumatera Selatan," tuturnya.
Arif Munandar mengatakan kabut asap di daerah ini telah banyak menimbulkan kerugian, dari kesehatan warga hingga kerugian materiil. "Aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Thaha Syaifuddin, Jambi, sudah sebulan lebih tidak ada. Begitu juga jalur laut dan kegiatan ekonomi lainnya. Namun kita belum bisa mengkalkulasi berapa persis jumlah kerugian tersebut," ucapnya.
SYAIPUL BAKHORI