TEMPO.CO, Bandung - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil berencana mengimpor hingga seratus bus listrik dari Thailand. Kebutuhan bus listrik, kata pria yang akrab disapa Emil tersebut, kini sudah sangat mendesak. Bandung tadinya ingin memakai bus listrik buatan lokal, tapi terpaksa harus impor.
Emil mengaku sudah membandingkan harga bus listrik dari beberapa negara. Seperti di Jepang harga bus listrik mencapai Rp 9 miliar, Amerika Serikat Rp 5 miliar, dan Thailand Rp 2 miliar. “Yang saya sedih Pak Menteri, risetnya ada di Indonesia tapi skala pabrikasinya tidak memungkinkan. Sehingga mohon maaf, tahun depan saya beli teknologi dari Thailand karena di sana sudah pabrikasi,” kata Emil kepada Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhamad Nasir, saat diskusi berjudul Indonesia Mencari Doktor di Aula Barat ITB, Kamis, 8 Oktober 2015.
Emil mengatakan tak bisa menunggu hasil riset kendaraan listrik lokal diproduksi massal. Ia mengaku sudah pernah menanyakan ke pemerintah pusat soal kapan kendaraan listrik bisa diproduksi di Indonesia tapi tidak ada jawaban. “Saya pada akhirnya antara nasionalisme dan realita, saya pilih realita dulu karena perubahan tidak bisa menunggu kan,” ujarnya.
Bus tersebut nantinya akan berjalan dengan sepenuhnya mengandalkan tenaga listrik. Tanpa bahan bakar minyak, tenaga listrik untuk bus bisa diisi selama lima menit di halte-halte bus. Armada baru itu nantinya untuk melayani penumpang di sebuah koridor yang belum ditetapkan jalurnya.
Menanggapi rencana Emil, Menristekdikti Muhamad Nasir mengatakan keinginan tersebut merupakan tantangan bagi pemerintah. Menurutnya, permintaan bus listrik selain dari Bandung, juga dari pemerintah daerah DKI Jakarta dan Surabaya. “Targetnya 2016 -2017 (bus listrik) terwujud di Indonesia karena permintaan yang luar biasa,” katanya.
ANWAR SISWADI