TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menilai masalah pengangguran di Indonesia bukan semata karena faktor keahlian yang kurang memadai, melainkan juga kesempatan kerja yang ada. “Berbicara pengangguran maka itu ada supply dan demand. Meskipun supply-nya berkualitas baik, tapi kalau demand-nya turun akan menghasilkan pengangguran,” ujar Anies saat temu media di kantornya, Kamis, 8 Oktober 2015.
Menurut Anies, lulusan dari sekolah menengah kejuruan atau sarjana yang memiliki kompetensi tapi menjadi pengangguran bukan karena salah didik. Tapi karena lapangan kerja yang belum tersedia. “Mengganggur itu dua komponen, tidak terserap itu bisa karena penyerapnya belum ada atau yang mensuplainya terlalu banyak.”
Data Badan Pusat Statistik yang dirilis hingga Februari 2015 menyebutkan tingkat pengangguran terbuka tertinggi ditempati lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) yaitu sebesar 9,05 persen. Bahkan, selama dua tahun terakhir pengangguran terbuka di tingkat SMK mengalami peningkatan, pada 2013 sebesar 11,21 persen menjadi 11,24 persen di 2014. Untuk itu Anies mengimbau SMK untuk menyiapkan siswanya tidak hanya siap bekerja, tapi juga siap latih.
Anies juga menekankan perlunya peningkatan mutu di SMK. Memunculkan keterkaitan yang lebih tinggi antara yang diajarkan dan yang dibutuhkan di dunia kerja. “Siap latih yang harus kami kejar. Karena perubahan di dunia ekonomi begitu cepat, yang dibutuhkan adalah siap latih dan siap belajar," kata Anies. Sehingga, Anies menargetkan lulusan SMK mesti siapa langsung bisa berlatih sesuai tuntutan pekerjaan. "Orientasinya bukan semata siap kerja, tapi siap latih."
DANANG FIRMANTO