TEMPO.CO, Jakarta - Hasil identifikasi tim Disaster Victim Identification Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat mengungkap Sakhi Abqory (1 tahun 10 bulan) meninggal dalam pelukan ibunya, Lisa Falentin (29).
Balita mungil itu tewas dengan luka bakar serius dalam kecelakaan pesawat Aviastar di Gunung Pajaja, Dusun Gamaru, Desa Ulu Salu, Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Jumat, 2 Oktober lalu.
Dalam kecelakaan pesawat itu, ayah Sakhi, Riza Arman (30) turut menjadi korban. Keluarga kecil yang baru dibangun selama tiga tahun itu lenyap bersama dengan hancurnya pesawat Twin Otter PK-BRM itu.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat, Komisaris Besar R Harjuno, membenarkan bahwa Sakhi meninggal dalam pelukan sang ibu.
Harjuno menjelaskan kesimpulan tersebut diambil berdasarkan kondisi jenazah sang bayi laki-laki. Sisa pakaian dan jaringan kulit Sakhi menempel pada bagian tubuh Lisa.
"Body part (bagian tubuh) balita itu melekat pada ibu kandungnya. Itu jelas dalam kondisi ibu memeluk anaknya," kata Harjuno, Kamis, 8 Oktober.
Data pendukung lain yang membuat tim DVI yakin jenazah berlabel B-001 adalah Sakhi, yakni mengacu hasil pemeriksaan medis dan gigi. Jenazah itu memiliki struktur gigi susu sesuai umur balita.
Ditambah lagi pemeriksaan medis menyimpulkan jenis kelaminnya itu laki-laki. "Dari data itu tidak terbantahkan jenazah B-001 itu adalah balita Sakhi Abqory," ujar dia.
Adapun, jenazah kedua orangtua Sakhi juga telah diidentifikasi berdasarkan pemeriksaan gigi, medis, dan properti yang melekat. Jenazah Riza berlabel B-009 dikenali dari pangkat yang hangus dan melekat di pundak teknisi listrik Bandara Andi Djemma itu. Adapun, Lisa dikenali dari kalung berbentuk hati dan anting yang dikenakannya.
Harjuno menjelaskan hingga Kamis, 8 November, pukul 13.00 Wita, tinggal jenazah copilot Aviastar, Yudhistira Febby (39) yang masih berada di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Tim DVI menunggu kedatangan keluarga korban, khususnya ahli waris, untuk merampungkan segala proses administrasi. Adapun, sembilan jenazah korban Aviastar lainnya sudah dibawa oleh pihak keluarga.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, sembilan jenazah korban Aviastar itu sudah dibawa ke rumah duka sebelum dikebumikan. Jasad Riza, Lisa, dan Sakhi dibawa ke rumah duka di Jalan Bung, Makassar, sebelum dimakamkan di Sudiang, Makassar.
Adapun, jasad Nurul Fatimah (26) dan kedua anaknya, Rayya Adawiyah Karimah (3) dan Rafli Afif (1) dibawa ke rumah duka di Jalan Sunu, Makassar, sebelum dimakamkan di Kabupaten Maros.
Berikutnya, jenazah Soekris (43), teknisi Aviastar yang lebih dulu dibawa oleh pihak keluarga sudah diterbangkan ke Sidoarjo, Jawa Timur, untuk dikebumikan. Sedangkan jasad Iriafriadi (40), pilot Aviastar, dimakamkan di Papua.
Khusus jenazah kru Aviastar, maskapai itu melakukan upacara serah terima sebelum menyerahkan ke keluarga untuk dikebumikan.
Pesawat Aviastar diketahui hilang kontak sekitar 11 menit setelah take-off dari Bandara Andi Djemma, Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Jumat , 2 Oktober 2015 sekitar pukul 14.25 Wita. Tim SAR gabungan memulai pencarian setelah pesawat yang diterbangkan Kapten Pilot Iriafriadi itu tidak kunjung tiba di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, sesuai jadwal pada pukul 15.39 Wita. Setelah melaksanakan pencarian selama tiga hari, tim SAR gabungan akhirnya menemukan pesawat itu dengan kondisi seluruh awak dan penumpang tewas.
TRI YARI KURNIAWAN