Bambang Ruswanto menjadi target penangkapan ABRI karena menjabat sebagai Divisi Perencanaan Pemuda Rakyat Tingkat I Jawa Timur. Sebelumnya dia merintis karir organsiasi sebagai Wakil Ketua Pemuda Rakyat Kabupaten Banyuwangi tahun 1961-1964 dan Wakil Ketua PGRI Non-Vaksentral tahun 1963-1965.
Laki-laki kelahiran Banyuwangi, 15 Desember 1940 itu awalnya menjadi guru pegawai negeri di Sekolah Rakyat Perkebunan Kalirejo, Glenmore. Selain sebagai guru, dia aktif di Pemuda Rakyat hingga akhirnya dia diangkat menjadi pengurus kabupaten. Bambang mengaku tertarik bergabung dengan organisasi pemuda yang berafiliasi dengan PKI ini, karena program-program yang memihak orang kecil. “Saya ikut aktif memperjuangkan hak tanah untuk petani,” katanya kepada Tempo pertengahan September lalu.
Setelah menjadi pengurus Pemuda Rakyat, Bambang Ruswanto ikut mendirikan Persatuan Guru RI Non-Vaksentral. Saat itu PGRI terbagi dalam dua kepengurusan, yakni PGRI Cabang Banyuwangi dan PGRI Cabang Raung yang meliputi beberapa kecamatan di wilayah selatan.
Di awal 1964, Bambang menjadi satu-satunya wakil dari Banyuwangi yang masuk dalam kepengurusan Pemuda Rakyat tingkat provinsi. Mendengar kabar itu, seluruh sejawatnya bersuka-cita. Malam sebelum keberangkatan Bambang, sebuah pesta perpisahan disiapkan di dekat kampungnya, 1,5 jam dari kota Banyuwangi. Grup Srimuda yang terkenal dengan lagu Gendjer-gendjer didatangkan malam itu juga. “Acaranya dimulai jam 9 malam hingga dini hari,” kata Bambang.
Setelah menjabat pengurus provinsi, hari-hari Bambang lebih banyak di Surabaya. Saat itu kantor Pemuda Rakyat Jawa Timur berada di Jalan Kaliasin No 139. Setahun di Surabaya lalu meletuslah peristiwa 1965. Saat pembunuhan 7 jenderal terjadi di Jakarta, Bambang sedang berada di Madiun untuk mempersiapkan sukarelawan ke Malasyia. Dia heran, karena hanya segelintir pemuda yang hadir.
Tanggal 2 Oktober, Bambang kembali ke Surabaya. Dia melihat beberapa kawannya membakar beberapa buku dan arsip. Tanggal 6 Oktober, mulai banyak rumah dan sekretariat BTI, PKI dan Gerwani dibakar. Bambang hanya melintas sebentar ke kantornya yang mulai sepi ditinggalkan pengurus. “Kantor Pemuda Rakyat dihancurkan massa tanggal 10 Oktober."
Selanjutnya > Situasi Surabaya yang memanas,