Daftar nama yang ia kumpulkan akhirnya jatuh ke tangan militer Indonesia. Namun, menurut Martens, itu bukan atas inisiatif resmi. Seorang utusan petinggi Indonesia mengunjunginya seminggu setelah kudeta. "Kami tahu bahwa Anda lebih paham tentang PKI dibandingkan dengan siapa pun di Indonesia," Martens menirukan ucapan utusan itu kepadanya. "Tentu saja saya senang sekali membantu," ujar Martens lima belas tahun lalu, sembari tertawa.
Menurut Kathy Kadane, sebelum ia menuangkannya dalam artikel, dengan blakblakan Martens bercerita bahwa ia memasok ribuan nama selama beberapa bulan kepada ajudan seorang pejaba tinggi Indonesia saat itu. "Mereka mungkin telah membunuh banyak orang dan mungkin tangan saya sendiri telah tercemar darah, tapi ini tak selamanya buruk. Ada saat-saatnya Anda harus memukul sangat keras pada saat yang tepat," kata Martens. Pada 1990, Kadane pun "terbang" ke Indonesia mencari konfirmasi. Si ajudan itu, kata Kadane, mengakui bertemu dengan Martens.
Baca juga:
EKSKLUSIF G30S 1965: Begini Pengakuan Penyergap Ketua CC PKI Aidit
Omar Dani: CIA Terlibat G30S 1965 dan Soeharto yang Dipakai
Tak puas hanya berhenti di situ, Kadane menemui mantan pejabat teras Kedutaan AS di Jakarta, yaitu Marshall Green, Wakil Kepala Misi Jack Lydman, dan Kepala Bagian Politik Edward Masters, bos langsung Bob Martens. Sebagaimana Bob, ketiganya mengakui pembuatan daftar target itu. Kadane berkesimpulan, para pejabat puncak Kedutaan AS di Jakarta dan CIA telah membuat "daftar kematian".
Daftar target ini, menurut Kadane, merupakan bagian kebijakan antikomunis Direktur CIA William Colby. Mantan asisten menteri luar negeri untuk divisi Timur Jauh inilah yang mengarahkan strategi rahasia AS di Asia. Pada waktu itu, para agen CIA di Jakarta berada dalam koordinasi Marshall Green, setelah sebelumnya bekerja sendiri-sendiri. Kegagalan CIA dalam operasi pemberontakan PRRI dan Permesta memaksa Presiden John F. Kennedy menyatukan koordinasi agen CIA di Jakarta di bawah sang Duta Besar. Melalui Green, terciptalah jalur Washington-Jakarta.
TIM TEMPO
Baca juga:
G30S: Alasan Intel Amerika Incar Sukarno, Dukung Suharto
Kisah Salim Kancil Disika, Disetrum, TakTewas: Inilah 3 Keanehan