TEMPO.CO, Jakarta - Peringatan hari Sumpah Pemuda Keturunan Arab di Nusantara diadakan di Surabaya hari ini, Ahad, 4 Oktober 2015. Acara ini digelar untuk mengenang peristiwa Kongres Sumpah Pemuda Keturunan Arab pada 81 tahun silam, tepatnya pada 4-5 Oktober 1934, di Semarang. “Saat itu para pemuda keturunan Arab berkumpul untuk berkomitmen menegakkan Indonesia sebagai tanah air,” bunyi siaran pers yang diterima Tempo dari Nabiel A. Karim Hayaze.
Kongres Sumpah Pemuda Keturunan Arab memiliki tiga pernyataan deklarasi. Pertama, tanah air peranakan Arab adalah Indonesia. Kedua, peranakan Arab harus meninggalkan kehidupan menyendiri (eksklusif). Dan ketiga, peranakan Arab memenuhi kewajibannya terhadap tanah air dan bangsa Indonesia.
Salah satu tokoh Arab yang menginisiasi pelaksanaan kongres tersebut adalah A.R. Baswedan, kakek Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan.
Kesepakatan yang dibuat dalam kongres tersebut adalah mengakui Indonesia sebagai tanah air. A.R. Baswedan pun disebut sebagai tokoh Arab yang paling getol memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Sejarawan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Anhar Gonggong, mengungkapkan peran penting Baswedan dalam menanamkan sifat nasionalis pada komunitas Arab di Indonesia. “Jadi yang dilakukan A.R. Baswedan ini untuk membuat orang Arab jangan merasa dirinya sebagai orang Arab, tapi merasalah sebagai orang Indonesia,” ujarnya kepada Tempo saat dihubungi.
Anhar menuturkan, sebelumnya, keturunan Arab di Indonesia masih berorientasi dan meyakini bahwa tanah air mereka adalah negeri-negeri Arab, seperti Yaman dan Hadramaut. Baswedan, keturunan Arab yang lahir di Indonesia, kemudian mengajak keturunan Arab lain agar menganut asas ius soli seperti dia. Baswedan memiliki anggapan, “Di mana saya lahir, di situlah tanah airku.”
Ketika berusia 26 tahun, Baswedan menulis artikel berjudul Peranakan Arab dan Totoknya, yang memuat anjuran nasionalisme untuk kaum Arab. Artikel tersebut, antara lain, menyatakan tanah air Arab peranakan adalah Indonesia. Pada Mei 2008, tulisan Baswedan tersebut dipilih majalah Tempo edisi khusus Seabad Kebangkitan Nasional sebagai salah satu dari seratus tulisan paling berpengaruh dalam sejarah bangsa Indonesia.
Perjuangan Baswedan ini sempat ditentang warga keturunan Arab pada masa itu karena dianggap merendahkan kaumnya sendiri. “Pertentangan itu khususnya dari keturunan Nabi seperti para habib atau sayid,” kata Didik Kwartananda, sejarawan dari Yayasan Nabil, saat dihubungi Tempo.
Tidak sampai di situ, Didik menjelaskan, Baswedan pun mencetuskan Partai Arab Indonesia pada 1940.
Kegiatan peringatan hari Sumpah Pemuda Keturunan Arab yang diinisiasi Nabiel A. Karim Hayaze hari ini dipusatkan di Kampung Ampel, Surabaya, tepatnya Jalan KH Mansur dan Jalan Sasak. Rangkaian acara yang digelar meliputi seminar, pameran foto, bazar, musikalisasi puisi, dan musik gambus.
GHOIDA RAHMAH