Sikap Ibrahim Adjie tak lepas dari sikap setianya kepada Sukarno. Pada 1 Oktober, presiden pertama itu mengeluarkan perintah agar semua pihak menghentikan aksi agar suasana tak runyam. Pada hari yang sama, Sukarno mengirimi Ibrahim sepucuk surat yang isinya meminta Ibrahim datang ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma jika keselamatan Presiden terancam.
Sehari kemudian, Pimpinan Sementara Angkatan Darat Mayor Jenderal Soeharto melapor kepada Sukarno bahwa situasi dapat dikuasai. Dalam surat yang ditulis tangan pada 2 Oktober 1965, Soeharto menyatakan berhasil mencegah pertumpahan darah. "Nyuwun dawuh lan nyadong deduko--bila saya bertindak lancang," ujar Soeharto menutup suratnya.
Belakangan ucapan Soeharto tak terbukti. Pembantaian ribuan anggota PKI dan simpatisannya terjadi di berbagai tempat, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sejumlah peneliti, seperti Robert Cribb dari Universitas Nasional Australia, juga Benedict Anderson, menyatakan tindakan brutal itu terjadi di daerah-daerah yang didatangi satuan elite militer Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).
"Dalam banyak kasus, pembunuhan dimulai setelah kedatangan kesatuan elite militer, yang lalu memerintahkan dan memberi contoh tindakan kekerasan," kata Cribb dalam buku Pembantaian PKI di Jawa dan Bali 1965-1966. Jawa Barat beruntung: RPKAD tak merangsek di sana. Alhasil, kata Anderson, “Di Jawa Barat tak terjadi pembantaian.”
TIM TEMPO
Baca juga:
G30S: Alasan Intel Amerika Incar Sukarno, Dukung Suharto
G30S:Kisah DiplomatAS Pembuat Daftar Nama Target yang Dihabisi!