TEMPO.CO , Makassar: Penyelidik Bumi Madya Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Selatan Nataniel C.J. Tappi mengatakan, faktor kuatnya medan magnet di sepanjang pegunungan Bastem bisa menjadi penyebab, pesawat Aviastar yang hilang sulit ditemukan. Sebab frekuensi alat pencari sinyal yang dimiliki tim pencari pasti akan teracak dengan sendirinya ketika masuk ke dalam kawasan medan magnet. “Sehingga perlu dilakukan penyesuaian frekuensi alat dengan lingkungan berlogam,” kata Nataniel kepada Tempo sabtu 3 Oktober 2015.
Menurut Nataniel, pegunungan Bastem yang membentang dari Luwu hingga Toraja mengandung banyak logam seperti emas, tembaga, besi, dan unsur logam lainnya. “Kandungan logam ini sangat bisa mengganggu akurasi alat.”
Tim pencari butuh penyesuaian dengan lingkungan. Sebab, baru kali ini terjadi pencarian pesawat di pegunungan Bastem. “Saya yakin tim bisa segera melakukan adaptasi,” kata Nataniel.
Faktor medan magnet yang ada di lokasi pencarian, menurut Nataniel, berbeda dengan fenomena segitiga Bermuda. Pada kawaasan segitiga Bermuda biasa terjadi pusaran karena ada perubahan tekanan, dan suhu. Jika lokasinya di laut bisa membuat pusaran air laut yang hebat. “Kalau di Bastem tidak ada fenomena segitiga Bermuda. Jalur Bastem tetap aman untuk penerbangan,” kata Nataniel.
Nataniel menambahkan kondisi alam pegunungan Bastem yang penuh dengan hutan lebat juga akan mengganggu tim dalam pencarian. “Hutan di sana sangat luas.,”
MUHAMMAD YUNUS