TEMPO.CO, Purwakarta - Direktur Intelijen Keimigrasian Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Ohan Suryana mengatakan wisata esek-esek menjadi pendorong maraknya turis tua asal Malaysia yang berkunjung ke Bandung. Karena itu, dia meminta semua pihak terlibat dalam pemantauan orang asing yang berkunjung ke daerahnya. "Turis pria yang tua-tuanya itu diindikasikan senang mencari perempuan di bawah umur," katanya dalam kunjungan ke Purwakarta, Kamis, 1 Oktober 2015.
Dia mengatakan fakta itu didasari hasil laporan lapangan yang diterimanya. Sebab, tugas pengawasan terhadap orang asing, baik tenaga kerja maupun pelancong, bukan melulu menjadi tugas institusi keimigrasian. "Pemkot/pemkab, kepolisian, dinas tenaga kerja, dinas pariwisata, TNI, Satpol PP, para camat, lurah, serta kepala desa, semuanya harus terlibat supaya pengawasannya bisa lebih ketat," ujarnya.
Ia menyebutkan saat ini pemerintah telah membuka keran bebas visa buat turis di 90 negara yang akan masuk ke Indonesia. Kondisi tersebut harus diimbangi dengan tingkat pengawasan yang lebih ketat. Jangan sampai membeludaknya turis asing ke Indonesia malah berdampak buruk terhadap kondisi sosial yang ada.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, yang mendampingi Ohan, mengusulkan agar orang asing, khususnya yang akan masuk ke wilayahnya, dicek kesehatannya. "Baik tenaga kerja asing maupun turis asing harus melakukan cek kesehatan," ujarnya.
Tes kesehatan sangat penting karena dikhawatirkan di antara mereka yang akan bekerja atau melancong itu punya catatan buruk soal kondisi kesehatannya. "Misalnya ada yang terinfeksi HIV/AIDS," ucapnya.
Di tengah gencarnya upaya meningkatkan penghasilan devisa, Dedi menuturkan, ternyata ada ekses negatif yang ditularkan turis asing melalui wisata esek-eseknya. "Bahaya seperti ini yang harus kita jaga bersama," katanya. Soal biaya pengecekan kesehatan buat calon tenaga kerja atau pelancong asing tersebut ditanggung pemerintah kabupaten.
NANANG SUTISNA