TEMPO.CO, Surabaya - Kondisi beberapa perguruan tinggi bermasalah di Surabaya mengundang tanda tanya. Tempo mengunjungi empat kampus yang menjadi sorotan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Satu kampus sempat didatangi Tim Evaluasi Kinerja Perguruan Tinggi yang dipimpin Supriadi Rustad pekan lalu, yakni STIE Yayasan Palapa Nusantara (Yapan).
Tempo tak diizinkan masuk untuk menemui pimpinan Yayasan Palapa Nusantara. “Ketua yayasan sedang keluar kota, humasnya juga. Senin saja sampeyan datang lagi ke sini,” kata dua petugas keamanan, Irvan dan Khoirullah bergantian, Rabu, 30 September 2015. Mereka juga enggan menyebutkan nama pejabat-pejabat di lingkungan kampus yang berlokasi di Jalan Gunung Anyar Blok E nomor 197-198 Surabaya.
Ketika ditanya apakah perkuliahan sedang libur, mereka kompak menampiknya. "Sore biasanya sudah ramai." Namun Tempo mengamati, hanya terdapat tak lebih dari 20 motor yang terparkir. Bangunan berlantai tiga itu tampak minim aktivitas, hanya satu-dua petugas kebersihan yang sibuk lalu lalang. Sedangkan proses pembangunan tak ramai kuli bangunan.
Kemudian Tempo mendatangi tiga kampus lainnya, yang masih menunggu visitasi berikutnya maupun evaluasi lanjutan. Berdasarkan rekap laporan kasus perguruan tinggi Kordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah VII Jawa Timur, STIE Pemuda Surabaya, Institut Teknologi Pembangunan Surabaya (ITPS), dan Universitas Teknologi Surabaya (UTS) dinyatakan berstatus nonaktif karena sejumlah pelanggaran.
Contohnya Universitas Teknologi Surabaya yang berlokasi di Jalan Balongsari Praja V nomor 1. Ia dinyatakan non aktif karena laporan penyelenggaraan pendidikan kelas jauh tanpa izin dan dugaan legalitas ijazah. Salah seorang pegawai administrasi UTS Suryati, menyatakan bahwa sejatinya status 6 program S1 dan 1 program S2 UTS berstatus aktif.
“Hanya gerbangnya saja, yaitu status kampusnya yang dikatakan nonaktif. Tapi prodi-prodinya aktif semua. Kami sudah melaporkan rekap data mahasiswa yang aktif, tapi di website Dikti masih belum di-update,” ujarnya saat ditemui Tempo.
Dari sekitar 1.500 mahasiswa yang terakhir tercatat di website Forlap Dikti, kini mahasiswa aktifnya diklaim telah memenuhi standar rasio Kemenristekdikti. “Sudah jauh berkurang, sekarang sekitar 400-500 orang saja.”
Itu berbeda dengan kampus lain yang masih satu yayasan dengan UTS, yakni Institut Teknologi Pembangunan Surabaya (ITPS). Status 6 program studi teknik dalam perguruan tinggi yang berada dalam satu kompleks itu, kata Suryati, berstatus nonaktif.
Dilihat dari Pusat Data Perguruan Tinggi (PDPT), ITPS tercatat memiliki 1.000 mahasiswa pada laporan terakhir tahun 2012 semester pertama. Hingga tahun ini, ITPS tak terekam memperbarui data mahasiswanya. Pun menurut catatan Kopertis VII, ITPS bermasalah karena terdapat sengketa pimpinan dan penyelenggaraan kelas jauh tanpa izin, sehingga mendapat peringatan dari Kopertis.
Sedangkan STIE Pemuda Surabaya dinyatakan nonaktif karena memiliki sengketa yayasan, sengketa pimpinan perguruan tinggi, sengketa litigasi, dan dugaan legalitas ijazah. Kopertis VII pun memberi keterangan, perguruan tinggi itu sedang dalam penyelidikan Polda Jawa Timur.
Saat Tempo mendatangi STIE Pemuda, suasana juga tampak lengang. Seorang resepsionis, Myatida, mengatakan jajaran petinggi yayasan tak sedang di tempat. “Besok saja kembali, ibu ketua sedang di luar kota,” ujarnya. Meski begitu, kegiatan perkuliahan berjalan normal. STIE Pemuda, kata dia, memang menyelenggarakan perkuliahan pada malam hari.
ARTIKA RACHMI FARMITA