Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pelukis Djoko Pekik Bicara G30S 1965 dan Adu Domba Rakyat

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Pelukis Djoko Pekik (kiri) bersama lukisannya berjudul
Pelukis Djoko Pekik (kiri) bersama lukisannya berjudul "Go To Hell Crocodile" di Taman Budaya Yogyakarta, 7 Juni 2014. ANTARA/Regina Safri
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Seniman yang pernah berhimpun di Sanggar Bumi Tarung, Djoko Pekik tidak tahu persis tentang keterlibatan Central Intelligence Agency terhadap peristiwa 1965. Ia menyatakan tragedi kemanusiaan itu sebagai politik pecah belah terhadap Bangsa Indonesia di tahun 1908. Caranya dengan mengadu tokoh-tokoh penting Indonesia.

Ia menilai peristiwa 1965 adalah adu domba terhadap Presiden Sukarno, Partai Komunis Indonesia, dan rakyat. Peristiwa 1965 menunjukkan bagaimana rakyat langsung diadu dengan rakyat. Buruh dan tani dipersenjatai.

Presiden Sukarno orang yang dekat dengan PKI. Partai peraih suara terbanyak urutan keempat pada Pemilihan Umum tahun 1955 itu merasa mendapat dukungan yang kuat dari Sukarno, tokoh besar yang dukungan rakyatnya besar. Di tahun 1960-an itu, dukungan rakyat terhadap PKI juga besar. Dalam rapat-rapat akbar partai menunjukkan PKI partai yang solid dan dukungannya besar. PKI merasa di atas angin sehingga lalai.

“PKI terlena. Bung Karno habis. PKI habis,” kata Djoko Pekik di rumahnya di Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, 26 September 2015.

Djoko Pekik merupakan seniman Bumi Tarung yang ditangkap polisi pada 8 November 1965. Pekik ditangkap karena dianggap berhubungan dengan Lekra. Seniman-seniman Bumi Tarung kebanyakan berhimpun ke Lembaga Kebudayaan Rakyat.

Secara struktural, Lekra tidak terkait dengan Partai Komunis Indonesia.  Memang, sebagian besar seniman Lekra bergabung dengan PKI. Joko Pekik adalah contoh seniman Lekra yang tidak bergabung ke dalam PKI.

Joko Pekik menjelaskan Lekra terbentuk karena pada 1950 Presiden Sukarno menganjurkan semua partai memiliki lembaga kebudayaan. Lekra berdiri bukan karena perintah PKI. Pendiri Lekra adalah Amrus Natalsya. Waktu itu Lekra menjadi alat propaganda politik para seniman. Misalnya perlawanan terhadap ideologi  kapitalisme.

Sanggar Seni Bumi Tarung, bermula dari sekelompok seniman muda yang juga mahasiswa Akademi Seni Rupa Indonesia Yogyakarta. Sesungguhnya sanggar ini independen dari partai. Namun, sejumlah anggotanya juga berhimpun ke Lekra. Bahkan, ada juga yang secara formal menjadi anggota atau pengurus PKI. Di Sanggar Bumi Tarung, mereka kerap berkumpul untuk berdiskusi tentang seni bertema buruh dan tani. Anggota Gerakan Wanita Indonesia dan Buruh Tani Indonesia, organisasi sayap PKI juga bergabung dalam diskusi itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bumi Tarung, berdiri pada 1961. Anggotanya waktu itu sebanyak sepuluh orang. Sanggar Seni ini menggunakan slogan Lekra, yakni mengabdi kepada buruh tani. Lambat laun jumlah anggota bertambah. Ada 30 seniman yang bergabung.Seniman muda Bumi Tarung yang masuk Lekra tergiur dengan propaganda dan agitasi kerakyatan. Mereka aktif menyampaikan propaganda lewat karya seni. Mereka juga punya gerakan turba (turun ke bawah) bersama buruh dan tani.

Pekik banyak melukis karya-karya anti-kapitalisme dan aktif berdemonstrasi. Karena aktivitiasnya dan kedekatannya dengan Lekra itulah yang membuatnya ditangkap dan ditahan pada 1965 hingga 1972. Ketika peristiwa 30 September 1965 pecah, Pekik berada di Jakarta. Ia berkumpul bersama sejumlah seniman Lekra di Gedung Pendidikan dan Kebudayaan, yang khusus menangani pemberantasan buta huruf di Jalan RA. Kartini No 10, Gunung Sahari, Jakarta. Waktu itu seniman-seniman Lekra sedang membuat dekorasi kota untuk penerimaan tamu negara.

SHINTA MAHARANI

Baca juga:
Kisah Salim Kancil Disetrum Tak Juga Tewas: Inilah 3  Keanehan  
Tragedi Salim Kancil: Inilah Indikasi Polisi Diduga Bermain

Video Terkait:

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

2 hari lalu

Kampung Wisata Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok. Istimewa
Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.


Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

13 hari lalu

Alat Peraga Manual Pump di Kampung Kerajinan Taman Pintar Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.


Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

17 hari lalu

Karcis parkir yang diberi tempelan jasa titip helm di Kota Yogyakarta. (Dok: media sosial)
Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.


BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

37 hari lalu

Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Parangkusumo di Bantul, DI Yogyakarta, Jumat 1 Januari 2021. Pascapenutupan kawasan wisata pantai selatan Yogyakarta pada malam pergantian tahun baru, pengunjung memadati kawasan tersebut untuk menghabiskan libur tahun baru meskipun kasus COVID-19 di Yogyakarta terus meningkat. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.


Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

43 hari lalu

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta secara simbolik melakukan penutupan TPA Piyungan pada awal Maret 2024. TPA Piyungan selama ini menampung sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul. (Dok. Istimewa)
Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.


Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

44 hari lalu

Sejumlah karya industri kreatif dipamerkan di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN) di Yogyakarta.  (Dok. Istimewa)
Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.


Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

50 hari lalu

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

Baznas hingga saat ini telah melakukan kolaborasi penuh dengan Lembaga Amil Zakat


Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

52 hari lalu

Tradisi Selasa Wagen yang meliburkan para pedagang di kawasan Malioboro Yogyakarta untuk bersih bersih kawasan kembali digelar Selasa (27/2). (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

Selasa Wagen di kawasan Malioboro berlangsung setiap 35 hari sekali merujuk hari pasaran kalender Jawa.


Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

58 hari lalu

Salah satu peserta saat mengikuti pembelajaran pawiyatan aksara Jawa di Kota Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

Pawiyatan aksara Jawa ini digelar serentak di 30 kampung mulai 20 Februari hingga 5 Maret 2024 di Kota Yogyakarta.


Gratis, Tour de Kotabaru Ajak Wisatawan Lari Santai Lintasi Heritage Yogyakarta Pekan Ini

19 Februari 2024

Lokasi Boulevard Kotabaru yang memanjang di tengah Jalan Suroto itu berada di kawasan heritage Kotabaru, Yogyakarta. Tempo/Pino Agustin Rudiana
Gratis, Tour de Kotabaru Ajak Wisatawan Lari Santai Lintasi Heritage Yogyakarta Pekan Ini

Kotabaru di masa silam merupakan permukiman premium Belanda yang dibangun Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono VII sekitar 1877-1921.