TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Daerah Kerja Mekah Arsyad Hidayat mengatakan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) membentuk tiga tim untuk menelusuri para korban akibat tragedi Mina yang terjadi Kamis, 24 September 2015. "Untuk mempercepat penelusuran korban," kata Arsyad dalam keterangan pers, Rabu, 30 September 2015.
Kelompok pertama adalah tim pencari data. Mereka mencari tahu jumlah jemaah haji yang belum kembali ke kloternya sejak peristiwa Mina. “Hari ini secara intensif kami keliling ke beberapa kloter dan alhamdulillah mendapatkan laporan-laporan baru terkait jemaah yang belum kembali," kata Arsyad.
Kelompok kedua adalah tim yang memantau korban di beberapa rumah sakit di Arab Saudi. Tim ini mencari data jemaah Indonesia di RS Mina Al Wadi, RS Mina Al Jisr, RS Zahir, RS Syisyah, dan RS Militer di Awali. Selain itu, penelusuran juga dilakukan di rumah sakit di luar Kota Mekah, seperti di RS Garda Nasional yang berlokasi di Jedah dan RS Hada yang berada di Thaif.
Kelompok ketiga adalah tim identifikasi jenazah di Majma’ Ath-Thawari Bil Mu'aishim. Menurut Arsyad, ada dua pola yang digunakan dalam mengidentifikasi jenazah. Pola pertama adalah dengan identifikasi melalui file-file yang berisi data pelengkap jemaah berupa gelang, tas, syal, Dokumen Administrasi Perjalanan Ibadah Haji, kartu petunjuk bis, kartu petunjuk hotel, dan lainnya. “Jika dari pola itu ditemukan identitas korban, maka akan mempermudah identifikasi jenazah korban," katanya.
Sebaliknya, bila tidak ada tanda petunjuk identitas atau data pelengkap jenazah, identifikasi pola pertama dilakukan dengan mengkonfirmasi jenazah melalui ketua kloter, ketua rombongan, ketua regu dan keluarga jenazah di kloter tersebut.
Pola identifikasi kedua, PPIH bekerja sama dengan divisi Disaster Victim Identification Arab Saudi untuk mendapatkan data-data sidik jari jemaah haji Indonesia yang sudah diambil ketika tiba di Bandara Arab Saudi. Pola ini dilakukan sehubungan dengan mulai terjadinya perubahan fisik, khususnya muka dari jenazah setelah lima hari sejak peristiwa tragedi Mina sehingga mempersulit proses identifikasi. "Semoga penggunaan sidik jari akan mempermudah dan mempercepat proses identifikasi," katanya.
Sampai saat ini, kata Arsyad, ada penambahan jumlah korban jemaah Indonesia yang wafat karena tragedi Mina. "Hingga 30 September pukul 02.00 waktu Arab Saudi, jemaah haji Indonesia yang wafat bertambah dari sebelumnya 46 orang menjadi 57 orang," katanya. Para korban meninggal terdiri atas 53 jemaah haji dan empat warga negara Indonesia yang bermukim di Arab Saudi.
Arsyad pun melaporkan ada pengurangan jumlah jemaah yang belum kembali ke kloternya masing-masing. "Dari data awal, dilaporkan sebanyak 89 orang, saat ini menjadi 78 orang," katanya.
Arysad dan tim mengaku akan terus berupaya mencari jemaah haji yang masih belum ditemukan. "Kami akan kabarkan kepada keluarga dan kerabat serta masyarakat Indonesia sesegera mungkin," katanya.
MITRA TARIGAN