“Ibu biasanya menelepon pagi-pagi sekali di sini karena di sana sudah malam dan ibu bisa beristirahat. Kami sering bertukar foto dan chatting di Line, sehingga bisa bertatap muka,” kata Winaroh di Dusun Panggang Lele, Senin sore, 28 September 2015. Dia ditemani tunangannya, Kris Subargo, 27 tahun.
Komunikasi terakhir Winaroh dengan ibunya berlangsung pada Rabu, 16 September, saat dia bertunangan dengan Kris Subargo. Sang ibu banyak mengobrol dengan kakaknya karena Winaroh sedang khidmat menjalani prosesi pertunangan. Dalam percakapan tersebut Rumiati berencana pulang ke Malang pada Desember 2015 atau setelah Winaroh menikah pada awal tahun depan.
Winaroh mengaku sangat mencemaskan keadaan ibunya saat terjadi tragedi Mina. Dia berusaha menelepon ibunya, tapi gagal karena HP-nya rusak. Padahal selama ini kondisi HP-nya baik-baik saja. Keluarga Rumiati terus berusaha mencari kabar Rumiati dan berhasil tiga hari kemudian. Seorang teman satu kontrakan Rumiati menemukan foto Rumiati sebagai korban tragedi Mina yang dipajang di sebuah rumah sakit.
Baca juga:
#RIP Yongki: Produk Berbahan Gading Gajah Dijual di 3 Situs?
Kenapa DPRD Minta Gaji Ahok Naik: Supaya Gaji Dewan Naik
Kepastian tersebut dikuatkan oleh kabar dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah. KJRI meminta Winaroh membuat surat kuasa untuk Tosin, adik ibunya yang juga bermukim di Arab Saudi. Nanti Tosin yang mengurus pemakaman ibunya di Arab Saudi. “Suratnya sudah saya kirim lewat mesin fax ke KJRI. Nanti pemakaman di sana diurus Om Tosin,” ujar Winaroh.
Tosin, menurut Winaroh, sebenarnya sudah berjanji akan menjumpai Rumiati untuk bersama menunaikan ibadah haji. Namun Tosin membatalkan niatnya karena tragedi Mina terjadi lebih dulu.
Selanjutnya, sebelum ibadah haji, Rumiati sempat menelpon keluarganya.