TEMPO.CO, Gunungkidul - Berada dalam masa siaga darurat bencana kekeringan, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul justru mengaku kewalahan menerima bantuan air bersih dari pihak swasta.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Gunungkidul Budiharjo mengatakan, dalam sepekan, warga di daerah kekeringan bisa mendapat bantuan 50-100 tangki air dari masyarakat.
Akibat tingginya animo masyarakat dalam memberikan bantuan air bersih, penyaluran tangki air kerap tidak merata. Sebagian besar bantuan tersebut disalurkan secara langsung kepada warga tanpa melalui koordinasi dengan kecamatan ataupun desa. “Bantuan jadi kerap menumpuk,” katanya kepada Tempo, Senin, 28 September 2015.
Menurut Budiharjo, pihak swasta yang ingin menyalurkan bantuan air sebaiknya melakukan koordinasi dengan kecamatan atau desa. Peta dampak kekeringan sendiri sudah dibagikan hingga level desa, sehingga bisa menjadi acuan untuk penyaluran bantuan air.
Melihat tingginya antusiasme masyarakat dalam memberikan bantuan air, Budiharjo mengatakan pemerintah mempertimbangkan untuk tidak memperpanjang masa siaga darurat bencana kekeringan yang sedianya akan berakhir 30 November 2015. “Ditambah tangki dari pemerintah, bantuan air sangat mencukupi untuk bertahan sampai masa darurat berakhir,” ujar Budiharjo.
Budiharjo mengatakan ibu kota Kecamatan Wonosari sudah tidak perlu mendapat bantuan air dari swasta. Menurut dia, saat ini justru zona selatan di kawasan pesisir yang membutuhkan banyak bantuan air.
Untuk zona utara dan tengah, BPBD merekomendasikan penyaluran bantuan air ke daerah terparah yang dilanda kekeringan, seperti Kecamatan Gedangsari, sebagian Playen, sebagian Nglipar, dan sebagian Semin.
Meski bantuan dari pihak swasta melimpah, sebanyak 15 truk tangki milik pemerintah Gunungkidul dan BPBD terus beroperasi setiap hari menyalurkan bantuan air untuk 115 desa yang terdampak kekeringan. Satu truk bisa menyalurkan 4-5 tangki air per hari.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Yogyakarta Toni Agus Wijaya mengatakan, pada Oktober, wilayah DIY sudah memasuki masa peralihan kemarau ke penghujan. Setelah itu bertahap terjadi hujan dimulai dari bagian utara di Sleman lalu bergerak ke paling selatan sampai akhir November nanti.
“Akhir November batasannya untuk penghujan, masa darurat yang sampai November sudah sesuai perkiraan kami, tak masalah,” tuturnya.
PRIBADI WICAKSONO