TEMPO.CO, Surabaya - Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Artha Bodhi Iswara (STIE ABI) menejelaskan duduk perkara kampusnya yang dianggp sebagai perguruan tinggi ‘bodong’. Hal itu menyusul pernyataan Ketua Tim Evaluasi Kinerja Perguruan Tinggi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Supriadi Rustad yang menyebutkan bahwa STIE ABI adalah salah satu sekolah tinggi yang menampung mahasiswa abal-abal.
“Istilah itu terlalu mendramatisir,” kata Direktur Program Magister STIE ABI Surachmad sat ditemui Tempo di kantornya, Senin, 28 September 2015. Ia mengklarifikasi, status nonaktif disematkan sejak akhir 2014, bukan pada 2011.
Surachmad lalu menjelaskan, fungsi pangkalan data pendidikan tinggi (PDPT) ialah untuk mendata mahasiswa dan dosen pada suatu perguruan tinggi. Namun secara hukum, tak otomatis berdampak pada proses pengajaran di kampus yang dinyatakan nonaktif. “Kami pun berupaya memperbarui data mahasiswa dan dosen kami, tapi masih terkendala sumber daya manusia.”
Baca juga:
Kisah Salim Kancil Disetrum, Dibunuh: Ini Sederet Keanehan di Balik Tragedi
Ini Duit yang Dipakai Setya Novanto Cs & Ahok: Siapa Boros?
Ia lalu menyebutkan beberapa konsekuensi pada tataran manajemen apabila suatu perguruan tinggi dinyatakan non aktif. Pada surat edaran Dirjen Dikti Kemenristek tertanggal 23 Juni 2015, terdapat beberapa konsekuensi jika PDPT suatu kampus dinonaktifkan.
Pertama, penundaan akreditasi ke Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi atau BAN-PT. Kedua, Dikti tidak akan memproses sertifikasi dosen, pembayaran tunjangan dosen, dan pemberian hibah penelitian.
Ketiga, pemberian beasiswa kepada mahasiswa. “Sehingga, jika kami tetap menerima mahasiswa baru dan menyelenggarakan perkuliahan, hal itu tidak melanggar peraturan,” ujarnya.
Surachmad juga menampik kampusnya dituding abal-abal lantaran menerima puluhan mahasiswa, namun meluluskan ratusan wisudawan. “Setiap semester, rata-rata kami menerima 25 orang mahasiswa magister. Ada yang ikut kelas regular, ada yang mengikuti kelas di luar dengan sistem tutorial. Kami tidak setiap tahun menyelenggarakan wisuda, tapi diakumulatif dengan angkatan-angkatan sebelumnya hingga dinilai cukup, sehingga terlihat lebih banyak,” ujarnya.
Baca juga:
Kisah Salim Kancil, Penolak Tambang: Disetrum, Dia Tak Mati
SBY: Kalau Ada yang Mau Kudeta, Saya Paling Depan Menolak!
Saat Tempo mengunjungi kampus STIE ABI, suasana terlihat lengang. Tak tampak satupun mahasiswa yang beraktivitas, hanya beberapa mahasiswa STIKES yang lokasi gedungnya bersebelahan. Beberapa pegawai STIE ABI memang tampak beaktivitas di gedung utama, namun ruangan pegawai di gedung magister tampak melompong. “Perkuliahan belum dimulai, masih libur semester,” ujar Surachmad.