TEMPO.CO, Jakarta - Rapat Mahkamah Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat dibikin heboh karena kedatangan kelompok Kaukus Indonesia Hebat (KIH). Sembilan orang dari KIH itu tiba-tiba merangsek masuk ke ruang rapat majelis kehormatan DPR untuk menyampaikan dugaan pelanggaran kode etik yang diduga dilakukan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, Zulkifli Hasan saat melawat ke Cina beberapa waktu lalu.
Mengetahui ada orang tak diundang yang masuk ke ruang rapat, Ketua Majelis Kehormatan DPR, Surahman Hidayat bertanya, "Ini dari mana? Kenapa tiba-tiba masuk?" Mendengar itu, seorang anggota KIH menyahut, "kami warga negara Indonesia, ingin melaporkan Ketua MPR dan Ketua DPR."
Saat itulah, sejumlah personil Pengamanan Dalam (Pamdal) DPR meminta agar kelompok KIH itu meninggalkan ruangan. Namun, mereka memaksa duduk dan terus berbicara. Anggota Pamdal lalu menggiring mereka keluar dari ruang rapat mahkamah kehormatan dewan sambil meminta sejumlah poster yang dibawa KIH. "Nafsu banget sama poster, kami cuma laporan," ujar seorang anggota KIH.
Suasana sempat rusuh saat anggota KIH berdebat dengan Pamdal dan wartawan yang sibuk mengambil gambar. Saat itulah seorang anggota KIH maju dan menyerahkan dokumen-dokumen laporan ke meja pimpinan mahkamah kehormatan DPR. "Kami meminta segera ditindaklanjuti, laporan kami terkait kehadiran beliau dalam forum pengusaha di sana. Dalam rangka investasi. Beliau bukan kepala BKPM," ujar Arif Rachman dari KIH.
"Laporannya sudah kami terima. Jadi dengan segala hormat, kembali ke tempat. Ini sudah kami terima terima dan akan diverifikasi sesuai mekanisme. Tunggu panggilan kalau memenuhi syarat," kata Wakil Ketua Mahkamah Kehormatan DPR, Junimart Girsang. "Kamu mau rapat internal."
Di sela-sela kerusuhan itu, Tempo bertanya kepada seorang tenaga ahli Mahkamah Kehormatan DPR yang menyaksikan kerusuhan tadi. "Mereka belum janjian, tiba-tiba saja masuk," kata dia. "Pamdal mengira mereka wartawan."
Anggota KIH Kurniawan mengatakan melaporkan Zulkifli Hasan karena kunjungan kerjanya ke Cina. Menurut mereka, Zulkifli tak seharusnya mengambil peran Kepala BPKM dengan berkeliling ke luar negeri guna menarik investor. "Yang menyedihkan bagi kami, penggunaan bahasa karpet merah bagi pengusaha Cina seolah-olah membangun kesan tamu agung dan raja," ujarnya.
Zulkifli Hasan enggan menanggapi upaya Kaukus Indonesia Hebat. Menurut dia, hal-hal seperti itu tak menyangkut kepentingan negara yang jauh lebih besar. "Orang sudah sampai ke ruang angkasa. Kita bicara yang lebih pentinglah, jangan pop dangdut," kata dia saat ditemui di kantornya, Senin, 28 September 2015.
Zulkifli juga menolak menanggapi ketika ditanya apakah laporan ini berkaitan dengan serangan politik terhadapnya yang baru saja bergabung dengan pemerintah. Lagi-lagi, Ketua Umum Partai Amanat Nasional ini merasa ada urusan negara yang jauh lebih penting untuk dibahas. "Tiongkok sudah bangun kapal nuklir. Kita harusnya bicara substansi Indonesia ke depan," ujarnya.
INDRI MAULIDAR