TEMPO.CO, Probolinggo - Kepala Kantor Kementerian Agama Wilayah Provinsi Jawa Timur Mahfud Shodar mengatakan kelompok terbang (kloter) 48 diduga masuk ke tengah arus jemaah haji, yang kemudian terjadi tragedi Mina. "Kloter 48 ada di tengah-tengah," kata Mahfud Shodar di Probolinggo, Jumat siang kemarin, 25 September 2015.
Menurut Mahfud, memang kalau dilihat, kloter 48 mungkin berspekulasi atau kemudian masuk pada jam-jam yang agak rawan. Mahfud mengatakan kemungkinan itu bisa terjadi. "Tidak bisa kita kendalikan karena jemaah begitu masuk dari Musdalifah ke Mina kemudian langsung berangkat ke Jamarat," ujarnya.
"Dan kebetulan satu kloter seluruhnya. Jalan Arab 204 itu mestinya untuk jemaah dari Arab Saudi, bukan dari kita," tuturnya. Kalau untuk Indonesia, kata dia, di sebelahnya. "Memang berdekatan, Fahat itu sebelahnya," ucapnya. Rombongan jemaah Indonesia, kata dia, kemungkinan tidak tahu persis cara menyeberang jalan ke sebelahnya. "Padahal itu untuk orang Arab atau yang besar-besar."
Mahfud mengatakan sebenarnya jemaah sudah diimbau dalam acara pembekalan agar mereka melempar jumrah aqabah pada pukul 08.00-11.00 untuk menghindari waktu duha. "Menghindari itu karena jemaah sedunia itu kumpul di satu titik, supaya nanti tidak terjadi crowded, dan ini pengalaman," katanya.
Seperti diberitakan, sebanyak 717 orang tewas dan 800 luka-luka akibat terinjak saat hendak melakukan lempar jumrah di Mina, Kamis, 24 September 2015. Suhu udara yang ekstrem dan rombongan yang mendadak berhenti diduga menjadi pemicu jemaah saling dorong sehingga banyak yang jatuh terinjak.
Menurut informasi Kementerian Agama, ada tiga warga negara Indonesia meninggal dalam tragedi itu. Namun sejumlah embarkasi melaporkan jemaahnya yang tewas, dirawat di rumah sakit, hingga yang masih belum ditemukan.
DAVID PRIYASIDHARTA