TEMPO.CO, Jakarta - Tim Pengawas Haji DPR Saleh Partaonan Daulay mendesak pemerintah untuk melakukan upaya-upaya diplomatik agar Petugas Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia diperkenankan ikut melakukan proses identifikasi korban tragedi Mina. Pemerintah Arab Saudi sudah semestinya membuka akses tersebut. “Dengan begitu, kabar yang simpang siur soal nasib beberapa jemaah kita bisa menjadi jelas,” katanya melalui pesan pendek, Jumat, 25 September 2015.
Saleh mengatakan petugas haji Indonesia tidak dilibatkan dalam identifikasi korban tragedi Mina. Pemerintah Indonesia mengambil inisiatif sendiri untuk proaktif mencari informasi ke berbagai rumah sakit. “Mestinya perwakilan dari negara lain diundang untuk ikut bersama-sama melakukan proses identifikasi,” ujarnya.
Saleh berharap pihak otoritas Saudi membuka akses bagi seluruh misi haji dari berbagai negara untuk ikut melakukan proses identifikasi. Proses identifikasi diyakini akan lebih mudah dilakukan dengan melibatkan negara-negara asal jemaah. “Sebab, setiap negara memiliki tanda pengenal khusus bagi para jemaahnya,” tuturnya.
Jemaah Indonesia memiliki tanda pengenal berupa gelang di tangan masing-masing. Sejak di Indonesia, jemaah Indonesia pun diberikan gelang khusus untuk mengenali status kesehatannya. Termasuk gelang berwarna sesuai dengan tingkat risiko penyakit jemaah yang bersangkutan. “Yang bisa mengenalinya dengan mudah adalah para petugas Indonesia, bukan petugas Arab Saudi," ucapnya.
Tragedi Mina kemarin adalah yang paling buruk dalam 25 tahun terakhir. Tragedi paling buruk terjadi pada musim haji Juli 1990 ketika 1.426 jemaah tewas akibat kehabisan oksigen saat berdesakan di terowongan Mina.
Beberapa foto yang diunggah di media sosial Twitter memperlihatkan para jemaah berbaring di atas tandu, sementara pekerja yang lain membawa mereka ke ambulans. Adapun foto-foto lain memperlihatkan beberapa jemaah laki-laki dengan pakaian ihram saling tindih dan penuh luka.
Ibadah haji, yang merupakan ritual keagamaan terbesar dunia, sering ditandai dengan terjadinya berbagai insiden, seperti kebakaran, kerusuhan, serta kondisi berdesak-desakan yang membuat jemaah terinjak-injak.
MITRA TARIGAN
Baca juga:
Gawat, Inilah yang Bisa Bikin Sepak Bola Mati Pelan-pelan
Ahok Kaget: Anggaran Rotterdam Rp 3,5 T, Jakarta Rp 12,1 T