Anak-anak Indonesia yang Abang cintai dan banggakan,
Zaman terus berubah. Tidak ada sesuatupun yang tetap dan mutlak kecuali perubahan itu sendiri. Tantangan bangsa ini di masa lalu tentu berbeda dengan di masa yang sekarang dan akan datang. Setiap generasi di bangsa ini berhak untuk membuat terobosan-terobosan baru demi mewujudkan kehidupan dan masa depan bangsa yang lebih baik lagi.
Ide ataupun gagasan pembaharuan seringkali mendapatkan resistensi. Namun niat yang tulus dengan tekad yang kuat serta argumentasi yang rasional akan sulit diabaikan atau ditolak begitu saja. Namun demikian, pengalaman Abang membuktikan bahwa mewujudkan ide dan gagasan juga amat memerlukan determinasi yang kuat, juga persistensi.
Meski Ide dan gagasan itu pada hari ini atau esok dianggap sebagai suatu yang subversif, mungkin lusa dan di kelak kemudian hari justru akan menjadi kebutuhan bagi bangsa dan negara kita. Hal itulah yang senantiasa Abang percayai dan menjadi keyakinan dan motivasi ketika Abang sejak awal menolak sakralisasi UUD 1945 dan mengusulkan ide amandemen konstitusi.
Kontestasi ide dan nilai-nilai tentu akan terus berlangsung sebab bangsa kita ini sungguh sangat beragam. Pertarungan wacana dan adu gagasan itu tentu harus dilakukan dengan cara-cara yang bermartabat sebagaimana ditauladankan oleh ibu dan bapak pendiri republik.
Ambisi pribadi atau golongan sebisa mungkin disisihkan, sebagaimana dipesankan oleh Bung Hatta, kepentingan semuanya harus didahulukan daripada kepentingan sebagian-sebagian. Dengan demikian, menjadi Indonesia adalah menjadi manusia yang mampu menempatkan diri sebagai bagian dari keberagaman bangsa ini, tanpa berupaya apalagi memaksakan suatu penyeragaman, dengan menahan diri untuk tidak merasa paling berhak atau paling benar.
Jakarta, 8 Agustus 2012,
Prof. Dr. Adnan Buyung Nasution