TEMPO.CO, Yogyakarta - Lembaga Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan di Persatuan Bangsa-Bangsa (Unesco) resmi menetapkan Geopark Gunungsewu sebagai bagian dari Global Geoparks Networks pada September 2015. Kini Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mulai memikirkan perlunya lembaga khusus yang mengelola situs dunia tersebut. Pasalnya, geopark Gunungsewu membentang di tiga kabupaten yang berada di tiga provinsi, yaitu Gunung Kidul di Yogyakarta, Wonogiri di Jawa Tengah, dan Pacitan di Jawa Timur.
“Harus ada koordinasi tiga daerah itu. Siapa pengelolanya,” kata Asisten Perekonomian dan Pembangunan DIY Didik Purwadi saat ditemui di Gandhok Kiwo, Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Jumat, 25 September 2015.
Apalagi pengelolaan Geopark jelas membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Koordinasi yang baik bisa mempermudah penganggaran dari APBD kabupaten maupun provinsi masing-masing. “Jangan sampai kalau ada duit ya haryo saguh (menyanggupi), kalau tidak ada duit ya endho kusumo (mengabaikan),” kata Didik.
Saat ini, pemerintah tengah menimbang sejumlah opsi mengenai lembaga terpadu ini termasuk membentuk BUMN sendiri. Namun Didik menolak untuk menjelaskan opsi mana yang dipilih pemerintah Yogyakarta. “Saya enggak mau mendahului. Yang penting ketemu dulu. Jangan sampai ada dusta di antara tiga daerah,” kata Didik sambil tertawa.
Pengembangan dan pelestarian geopark Gunung Sewu oleh tiga kabupaten dari tiga provinsi sekaligus di Indonesia merupakan model pengelolaan yang langka. Ketiga daerah itu harus bekerja sama untuk meloloskan geopark Gunungsewu sebagai situs geopark tingkat dunia berdasarkan penilaian Unesco.
Luas Gunungsewu sendiri mencapai 1.802 kilometer persegi yang terdiri dari 33 situs alam atau geosite. Sebanyak 13 situs alam berada di Gunungsewu di wilayah Gunung Kidul.
Pelaksana tugas Asisten Pembangunan Gunung Kidul Khairudin mengungkapkan akan ada pertemuan dengan tiga kabupaten pada 28 September 2015 di Pacitan untuk membahas pengelolaan geopark tersebut. Khairudin sendiri berharap penetapan Gunungsewu sebagai geopark warisan dunia versi Unesco ini dapat mendongkrak kunjungan wisatawan di daerah tersebut. “Selama ini, kan datang hanya lihat gunung. Tapi tidak tahu asal mula pegunungan itu,” kata Khairudin.
Meskipun tidak bersifat wajib, pemerintah Gunung Kidul akan membuat jadwal undangan kepada tiap-tiap sekolah di sana untuk datang berkunjung ke Gunungsewu.
PITO AGUSTIN RUDIANA