TEMPO.CO, Probolinggo - Tragedi Mina tidak hanya menimbulkan tiga korban jiwa pada jemaah asal Kota dan Kabupaten Probolinggo. Dua petugas medis Kloter 48 (Probolinggo) juga tidak terdeteksi keberadaannya hingga saat ini.
"Dua orang perawat perempuan dari Kloter 48 belum kembali sampai sekarang," kata Kepala Kantor Kementerian Agama Wilayah Provinsi Jawa Timur, Mahfud Shodar, Jumat, 25 September 2015.
Mahfud mengatakan kedua petugas medis ini belum kembali baik di Maktab maupun di tempat berkemahnya di Mina. Mahfud berharap mereka hanya kesulitan berkomunikasi saja sehingga keberadaannya belum bisa diketahui.
Seperti diberitakan hingga saat ini dilaporkan ada tiga warga Kota dan Kabupaten Probolinggo yang meninggal dalam tragedi Mina. Ketiga korban tersebut antara lain Karim, warga Kota Probolinggo; Nero bin Astro Sahi, 57 tahun, warga Desa Triwungan, Kecamatan Kota Anyar, Kabupaten Probolinggo; dan Hamid Atwi bin Tarji, 50 tahun, warga Kelurahan Muneng Kidul, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Sebanyak 717 orang tewas dan 800 luka-luka akibat terinjak saat hendak melakukan lempar jumrah di Mina, Kamis, 24 September 2015. Suhu udara yang ekstrem dan rombongan yang mendadak berhenti diduga menjadi pemicu jemaah saling dorong sehingga banyak yang jatuh terinjak.
nsiden berdesakan selama ibadah haji setidaknya pernah terjadi enam kali sebelumnya, menewaskan banyak jamaah. Pada 1990, lebih dari 1.400 orang tewas dalam kekisruhan di dalam terowongan.
Peristiwa mengenaskan selama pelaksanaan ibadah haji tahun ini sebelumnya masih erat dalam ingatan bahwa sebanyak 107 jamaah haji meninggal dunia setelah tertimpa rerentuhan akibat ambruknya crane raksasa di Masjidil Haram Mekah.
Pekan lalu, lebih dari 1.000 jamaah dievakuasi dari sebuah hotel di Mekah pada dini hari setelah terjadi kebakaran, yang mencederai sedikitnya dua jemaah calon haji.
DAVID PRIYASIDHARTA