TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Staf Presiden Teten Masduki mengatakan Presiden Joko Widodo menyampaikan duka mendalam atas insiden yang terjadi di Mina, Arab Saudi. Jokowi, kata dia, berharap pemerintan Arab Saudi segera mengevaluasi agar kejadian saat jutaan jemaah yang ingin melempar jumrah itu tak kembali terjadi.
"Presiden sudah sampaikan duka cita terhadap peristiwa di Mina," kata Teten, di Istana Negara, Jumat, 25 September 2015. "Presiden berharap ini tidak terjadi lagi, tidak terulang kembali, ini kan sudah berkali-kali."
Teten mengatakan sejauh ini pemerintah Indonesia belum memaksa pemerintah Arab untuk secara penuh bertanggung jawab atas insiden itu. "Situasi sekarang hanya belum mau melihat ini kesalahan siapa, nanti setelah ada penilaian terhadap sebab musibah Mina itu, tentu Presiden akan memberikan saran atau usulan kepada pemerintah Arab untuk melakukan pembenahan dalam pengelolaan haji."
Operasi penyelamatan hingga saat ini sedang dilakukan setelah insiden saling injak di Mina, dekat Mekah. Ketika ratusan ribu peziarah mengambil bagian dalam proses melempar jumrah atau biasa dikenal 'merajam setan', ritual besar terakhir dari prosesi haji.
Al Arabiya News Channel melaporkan dari rumah sakit darurat di Mina, kekisruhan pecah di pintu masuk dari Jamarat, jembatan dekat Jalan 204, bukan di dalam wilayah lokasi melempar jumrah itu.
Jemaah haji menuju tempat pelemparan jumrah setelah terlebih dulu mampir di Muzdalifah untuk mengambil kerikil. Sehari sebelumnya mereka berdiam di Arafah untuk wukuf. Dalam perjalanan menuju pelemparan jumrah inilah ribuan jemaah berdesakan. Jemaah yang terinjak tewas atau terluka.
Insiden berdesakan selama ibadah haji setidaknya pernah terjadi enam kali sebelumnya, menewaskan banyak jemaah. Pada 1990, lebih dari 1.400 orang tewas dalam kekisruhan di dalam terowongan.
Jumlah korban semakin bertambah, hingga saat ini sudah mencapai 717 orang. Tiga jemaah asal Indonesia diidentifikasi meninggal atas insiden itu.
REZA ADITYA