TEMPO.CO, Jakarta - Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan duka cita atas wafatnya jemaah haji saat melontar jumrah di Mina. Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mukti juga mengimbau jemaah mengutamakan kesehatan dan keselamatan dibanding ritual haji di waktu utama agar insiden serupa tak terulang.
"Jangan karena mengejar keutamaan ritual jemaah lalu menjadi tidak sabar dan akhirnya menggunakan kekuatan fisik," kata Abdul saat dihubungi, Jumat, 25 September 2015.
Abdul mengatakan insiden Mina kemarin terjadi karena semua jemaah ingin mengejar waktu utama melempar jumrah, yakni saat dhuha. Akibatnya, jutaan jemaah terkonsentrasi di satu tempat pada satu waktu.
Padahal, kata dia, melempar jumrah masih sah hingga malam hari menjelang Isya. "Pada malam hari malah lebih longgar dan cuaca sudah dingin," ujar dia.
Baca:
TRAGEDI MINA: Saksi Mata Itu Berkisah, Terhimpit, Kepanasan
Cerita Aher Soal Detik-Detik Tragedi Mina
Abdul mengingatkan jemaah haji agar tidak terfokus pada pemenuhan ritual ibadah haji semata, tetapi juga lebih disiplin dalam mematuhi imbauan petugas haji. Para pembimbing ibadah haji, ujar Abdul, hendaknya memberikan pendidikan dan penyadaran kepada jemaah agar melaksanakan haji pada waktu yang sah saja serta tidak harus pada waktu utama demi mengutamakan keselamatan dan kesehatan.
Muhammadiyah juga mengharapkan pemerintah segera mengevakuasi dan mengidentifikasi korban tragedi Mina asal Indonesia baik yang meninggal dunia maupun luka-luka. "Pastikan agar yang sakit atau terluka mendapatkan perawatan yang terbaik serta dapat memenuhi semua rukun dan wajib haji dengan sempurna," kata Abdul. "Jika benar- benar diperlukan pemerintah agar menyediakan badal dan biaya dam haj."
Sebanyak 717 orang tewas dan 800 luka-luka akibat terinjak saat hendak melakukan ritual melempar jumrah di Mina, Kamis, 24 September 2015. Suhu udara yang ekstrem dan rombongan yang mendadak berhenti diduga menjadi pemicu jemaah saling dorong, sehingga akhirnya banyak yang jatuh lalu terinjak. Tiga warga negara Indonesia turut meninggal dalam tragedi itu.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA