TEMPO.CO, Bandung - Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Vukanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Gede Suantika mengatakan, kondisi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara setahun terakhir ini belum berubah.
“Statusnya masih Awas (Level IV), masih tinggi. Erupsi masih berlangsung terus,” kata dia saat dihubungi Tempo, Rabu, 23 September 2015.
Gede mengatakan, erupsi gunung api itu berupa pertumbuhan kubah lava yang di ikuti guguran material kubah lava disertai awan panas. “Jangkauan material gugurannay dari puncak ke bawah antara seribu meter sampai 4.500 meter, ke arah timur, tenggara, atau selatan. Tiga arah itu berganti-ganti,” kata dia.
Badan Geologi hingga saat ini belum merevisi daerah ancaman bahaya erupsi gunung api itu. Lembaga itu membagi daerah bahaya itu dalam dua kategori, khusus pada arah timur, tenggara, dan selatan dari puncak gunung tersebut dalam jarak 7 kilometer mengikuti arah luncuran awan panas. “Arah selebihnya antara tiga kilometer sampai lima kilometer,” kata Gede.
Gede mengatakan, laju pertumbuhan volume kubah lava gunung api itu saat ini berkisar 3 meter kubik per detik. Pertumbuhan kubah lava gunung api itu muncul sejak Desember 2013, dan baru teramati secara visual mulai Januari 2014 bersamaan dengan mulai munculnya guguran kubah lava yang terjadi hingga saat ini.
Menurut Gede, lembaganya belum menghitung rinci jumlah volume material gunung api yang sudah dilepaskan gunung api itu sepanjang erupsinya hingga saat ini. Dengan laju pertumbuhan kubah lava tersebut, perkiraannya volume material yang dilepasakan Sinabung sudah melamapui erupsi Merapi yang terjadi pada 2010. “Erupsi Merapi dilepaskan sekaligus, kalau Sinabung dicicil,” kata dia.
Catatan lembaga itu, volume material gunung api yang dilepaskan Gunung Merapi pada letusannya tahun 2010 menembus 0,1 kilometer kubik. Material erupsi yang dilepas Gunung Merapi itu masih belum sebanding dengna mega erupsi Gunugn Tambora yang tercatat diperkirakan mengeluarkan material gunung api hingga 100 kilometer kubik.
Gede mengatakan, suplai magma ke dalam tubuh Gunung Sinabung masih belum menunjukkan indikasi penurunan. “suplai masih terus-terusan. Itu terlihat dari rata-rata kegempaannay yang konstan. Pertumbuhan kubah lava gunung api itu berimbang dengan produksi kegempaanya,” kata dia.
Akibat erupsi gunung api itu yang sudah berlangsung hampir dua tahun ini ini, sudah mengubah wajah gunung itu. Kini di salah satu lerengnaya di arah tenggara puncak gunung itu misalnya, sudah bertambah satu gundukan bukit baru.
Dua minggu terkakhir intensitas aktivitas Gunung Sinabung cenderung intensif, kendati beberapa hari ini relatif menurun. “Sekarang agak turun. Saat intensitasnya tinggi, dalam sehari awan panas bisa lima kali dengan jarak jangkauan tiga kilometer, dan maksimum 4,5 kilometer,” kata Gede.
Gede mengatakan, belum bisa memperkirakan berakhirnya aktivitas erupsi Gunung Sinabung. Satu-satunya pendekatan yang bisa dilakukan memperkirakan lama erupsi gunung itu dengan pendekatan statistik, membandingan periode letusan gunung api dengan karakter yang mirip Gunung Sinabung.
Menurut Gede, lewat pendekatan statistik dengan masukan ahli-ahli vulkanologi Amerika dan Jepang, dengan 29 persen probabilitasnya, erupsi gunung itu memakan waktu lima tahun. “Dengan sample gunung api di dunia yang serupa Gunung Sinabung, dengan membadingkan pertumbuhan kubah lavanya, dominan prosentasenya lima tahun,” kata dia. Dengan hitungan itu, erupsi Gunung Sinabung masih akant erjadi skitar tiga tahun lebih dua bulanan lagi.
Dengan kemungkinan tersebut, dia setuju dengan langkah pemerintah yang memilih merelokasi warga terdampak di areal bahaya Gunung Sinabung. “Kasihan juga kalau terlalu lama di pengungsian. Kehidupan sosial budaya masyrakat di sana bisa mandeg kalau tetap berada di pengungsian,” kata Gede.
Menurut Gede, dengan memindahkan warga terdampak secara permanen, pemerintah tinggal mengantisipasi bahaya sekunder letusan gunung itu yakni semburan abu. Terkadang abu gunung api itu bisa menjangkau jauh hingga Medan mengikuti tinggi letusan, arah dankecepatan angin. “Kalau abu kita menyesuaikan diri saja, misal dengan menggunakan masker. Kemudian pemerintah daerha bisa rutin melakukan penyemprotan air untuk membersihkan abu dari tanaman-tanaman selama hujan belum ada,” kata dia.
Awal pekan ini, Presiden Joko Widodo menggelar rapat terbatas kabinetnya dan memutuskan untuk mempercepat relokasi warga yang terkena bencana erupsi Gunung Sinabung. Jokowi mengatakan, sampai saat ini, penanganan terhadap warga yang terkena erupsi Sinabung masih berjalan sangat lamban.
"Dan sampai hari ini, saya sudah dapatkan datanya, enggak tahu (bagaimana) di lapangannya. Ada 122 unit untuk warga desa, 128 unit untuk warga Sukameria, dan masih tersisa 103 unit warga Desa Simacem, sesuai dengan target saya sebelumnya 31 Agustus lalu," kata Jokowi saat membuka rapat terbatas di kantornya, Senin, 21 September 2015.
Jokowi berpesan, relokasi bagi pengungsi ditargetkan selesai akhir tahun ini. Apalagi dia sudah menandatangani Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 2015 tentang Satuan Tugas Percepatan Relokasi Korban Terdampak Bencana Erupsi Gunung Sinabung.
Presiden Joko Widodo dijadwalkan mengunjungi lokasi relokasi pengungsi Gunung Sinabung, sebelum melanjutkan melihat lokasi kebakaran hutan di Pekanbaru. Jokowi berkunjung ke Gunung Sinabung setelah kunjungannya ke Kalimantan Selatan yang sudah dimulai hari ini, Rabu, 23 September 2015.
AHMAD FIKRI