TEMPO.CO, Bandung - PT Marvell Technology Indonesia menyambangi sejumlah kampus untuk mencari pekerja, salah satunya ke Institut Teknologi Bandung (ITB), Selasa, 22 September 2015.
Perusahaan yang membuat perangkat penyimpanan, komunikasi, dan semikonduktor asal Amerika Serikat, itu baru punya 6 orang pegawai setelah membuka kantor perwakilan di Jakarta tahun lalu. Dari beberapa negara lain, seperti Cina, Vietnam, dan Filipina, peminatnya banyak berdatangan.
Di ITB, perwakilan Marvell dan sejumlah karyawannya berbagi pengalaman kerja pada kuliah umum di Ruang Multimedia Sekolah Teknik Elektronika dan Informatika ITB, Selasa, 22 September 2015. Mereka juga menawarkan lowongan kerja bagi mahasiswa setelah lulus. Lowongan yang ditawarkan seperti Live Network Validation, IC Design Engineer, dan Library Lay Out Engineering.
Country Director perusahaan tersebut, Arthur Soerjohadi mengatakan, kapasitas pekerja di kantornya yang berada di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan itu berjumlah 60 orang. “Bulan depan tambah 8 orang lagi. Pada tahun pertama ini kami membutuhkan 15-20 orang,” katanya usai kuliah umum dan bertanya jawab dengan sejumlah mahasiswa Teknik Elektronika.
Sama seperti di kantor perusahaan yang berada di sejumlah negara, tim pekerja di Indonesia juga membuat beragam desain cip untuk berbagai perangkat. Pekerja di kantor negara lain kemudian ikut menyempurnakan cip buatan tim lain. Beberapa yang dibawa contohnya ke ITB seperti perangkat game, lampu LED, smartphone, dan modem laptop. “Bahasa Inggris syarat wajib agar bisa berkomunikasi dengan baik dan bekerja secara tim,” ujarnya.
Persyaratan untuk bisa bekerja di Marvell tergolong berat seperti nilai kelulusan yang bagus. Direktur Utama perusahaan, kata Arthur, bahkan ikut menyaring calon karyawannya. Salah seorang sarjana dari STEI ITB 2013, Eric Kosdi mengatakan, saat dikontak untuk tes wawancara akhir 2014 lalu, ia mengorbankan masa liburan Natal dan Tahun Baru bersama keluarga untuk belajar kembali materi kuliah Teknik Elektronika. “Kabarnya pertanyaannya soal teknis,” ujarnya.
Di hari wawancara, ia sempat kalut. Masalahnya, ia sulit keluar rumah karena banjir di Jakarta merendam setinggi perut orang dewasa. Untungnya ia diberi keringanan berupa pengunduran waktu wawancara hingga dua hari kemudian. “Saat tes wawancara, hadapi enam orang seperti sidang ujian,” katanya.
ANWAR SISWADI