Sebagai imbalannya, Pindad menangguk bayaran lisensi dari CAS. Selain itu, pabrik senjata yang bermarkas di Bandung tersebut akan memperoleh royalti dari setiap pucuk SS2 yang diproduksi Uni Emirat Arab. Menurut Silmy, skema tersebut lebih menguntungkan ketimbang Pindad membuka pabrik sendiri di Timur Tengah.
Soal kerahasiaan desain SS2, Silmy tak cemas. Seluruh desain SS2 sudah dipatenkan. Jika ada pihak yang membuat senapan serupa dengan SS2, Pindad bisa menuntut si pembajak. Pada Mei lalu, saat lomba tembak antar-angkatan darat di Australia, kerahasiaan SS2 hampir terungkap. Australia, Amerika Serikat, dan Inggris memprotes kemenangan telak TNI AD. Mereka mendesak SS2 dibongkar untuk melihat ada-tidaknya kecurangan. Tentu saja tim TNI AD menolak.
SIMAK
Gayus Bisa Nongkrong di Resto, Menteri Yasonna: Pasti Ada...
Soal Pemeriksaan Ibas, Johan Budi: KPK Tak Takut SBY
Wakil Ketua Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat Ahmad Hanafi Rais mendukung upaya Pindad berekspansi luar negeri. Hanafi meminta Pindad menjaga betul hak cipta SS2. Politikus Partai Amanat Nasional itu tak mau karya terbaik Pindad tersebut malah dibajak pihak asing. “Kualitas produksi harus dijaga, jangan sampai jual produk jelek,” katanya.
Pengamat militer dari Universitas Padjadjaran, Muradi, mengingatkan Silmy cs untuk memagari kerja sama dengan CAS. Tujuannya, agar CAS tidak keluar dari kontrak setelah mereka memperoleh ilmu pembuatan SS2. Muradi juga mengatakan Pindad mesti meminta CAS mematok target penjualan. “Agar Pindad tetap memperoleh keuntungan,” ujarnya.
Pindad tak berhenti merentangkan sayap. Setelah mengantongi kontrak dari CAS, Pindad menggandeng raksasa produsen alat militer dari Inggris, BAE Systems. Pada Kamis pekan lalu, Pindad meneken kerja sama untuk membangun divisi keamanan cyber. Pindad juga mengincar pembuatan tank amfibi dan tank kelas ringan BAE Systems. “Kami berharap mereka menjadi mitra strategis Pindad,” kata Silmy.
INDRA WIJAYA
Selanjutnya >> Spesifikasi Delapan Generasi SS2