TEMPO.CO, Klaten - Sebanyak 6.000 orang akan dilibatkan untuk membersihkan Bengawan Solo, Jawa Tengah, pada 11 Oktober 2015. “Kegiatan bersih-bersih Bengawan Solo ini termasuk dalam rangkaian kegiatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah, Sarwa Pramana di Hotel Grand Tjokro Kabupaten Klaten pada Senin, 21 September 2015.
Dia menjelaskan, kegiatan yang diberi nama Resik-Resik Bengawan Solo akan difokuskan di enam titik anak sungai terpanjang di Pulau Jawa itu. Enam titik itu tersebar di wilayah Kota Surakarta, yaitu pintu air Demangan di Kecamatan Pasar Kliwon, Taman Satwa Taru Jurug, Jembatan Pasar Gede, Jembatan Arifin dan Kandangsapi di Kecamatan Jebres, Sungai Jenes di Kecamatan Laweyan.
Menurut Sarwa, keenam titik itu dideteksi sebagai penyebab sebagian wilayah di Kota Surakarta menjadi daerah langganan banjir tiap kali Sungai Bengawan Solo meluap. Sebab, enam titik anak sungai di tengah kota itu mengalami penyempitan dan pendangkalan akibat warga membuang sampah ke sungai itu.
“Kegiatan ini bukan sekadar seremonial belaka,” kata Sarwa. Setelah enam titik anak sungai itu dibersihkan, BPBD akan memantau daerah-daerah rawan banjir di Kota Surakarta saat tiba musim hujan. “Tentu akan kami evaluasi kalau ternyata masih banjir,” kata Sarwa.
Selain melibatkan anggota BPBD, relawan, TNI, dan warga sekitar, bersih-bersih anak Sungai Bengawan Solo ini juga akan mengerahkan sejumlah alat berat dari Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo.
Kepala Sub Direktorat Peran Masyarakat Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Pangarso Suryotomo, mengatakan peringatan hari Pengurangan Risiko Bencana Internasional ditetapkan UNISDR PBB tiap 13 Oktober. Di Indonesia, Peringatan Pengurangan Risiko Bencana telah menjadi agenda nasional yang dilaksanakan sejak 2011. “Tahun ini, Peringatan Risiko Bencana akan dibuka secara langsung oleh Presiden Joko Widodo di The Sunan Hotel, Kota Surakarta, pada 16 Oktober,” kata Pangarso.
Dalam peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana juga akan diselenggarakan pagelaran wayang kulit di Beteng Vastenberg pada 16 Oktober sebagai bentuk sosialisasi kepada masyarakat lewat pendekatan budaya.
Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana rencananya akan ditutup Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 18 Oktober. Selama tiga hari, dalam kegiatan itu juga akan dilangsungkan pertemuan tentang pengurangan risiko bencana yang diharapkan dapat diformulasikan dalam “Deklarasi Solo”.
DINDA LEO LISTY