TEMPO.CO, Malang - Kebakaran hutan tak hanya merugikan kesehatan manusia. Satwa yang berada di hutan juga mengalami nasib yang sama. Hutan merupakan rumah bagi satwa liar. Jika rumahnya terbakar dan rusak, kelestarian mereka di alam akan terancam.
"Asap kebakaran hutan juga mengganggu pernapasan satwa," kata Ketua Protection of Flora and Fauna (Profauna) Rosek Nursahid, Senin, 21 September 2015. Juga memicu satwa untuk keluar habitat sehingga menimbulkan konflik dengan manusia. Bahkan akan menjadi sasaran pemburu dan pelaku perdagangan satwa liar yang dilindungi.
Jika kebakaran hutan tak diantisipasi, ucap dia, akan menimbulkan korban satwa. Namun, sejauh ini, Profauna belum menemukan laporan ada satwa yang mati karena menjadi korban kebakaran hutan. Namun sejumlah satwa, seperti orang utan, dilaporkan keluar dari habitatnya di Pontianak. Orang utan itu telah diselamatkan penduduk setempat.
Kebakaran hutan yang terus terjadi berulang setiap tahun, ujar dia, menunjukkan pemerintah abai dan membiarkan hal itu terjadi. Dibutuhkan tindakan tegas dalam kasus ini, seperti mencabut izin perusahaan pemegang hak penguasaan hutan (HPH) dan hak penguasaan hutan tanaman industri yang melakukan pembakaran hutan. "Sistem dan aparat juga harus diatur," tuturnya.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kata dia, tak cukup hanya mengumumkan nama perusahaan yang terlibat dalam kebakaran hutan, tapi harus ada langkah tegas. Di antaranya melakukan penataan manajemen dan pengawasan di lapang. "Jangan ada main mata dengan petugas," ucapnya.
Kebakaran hutan yang melanda sejumlah kawasan menyebabkan kabut asap. Kabut tersebut bahkan mengganggu aktivitas masyarakat dan perekonomian. Kabut juga mencemari sejumlah daerah di Malaysia dan Singapura.
EKO WIDIANTO