Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kemarau Panjang, Warga Cibiru Tonggoh Gelar Perang Air  

image-gnews
Sesepuh kampung menunjukan tata cara ritual Reak Ngaruwat Lembur didepan anak-anak dan remaja di Desa Cibiru Tonggoh, Cileunyi, Bandung, 21 September 2014. Ritual masyarakat agraris Bandung Timur ini untuk melestarikan tradisi kuno pada generasi muda. TEMPO/Prima Mulia
Sesepuh kampung menunjukan tata cara ritual Reak Ngaruwat Lembur didepan anak-anak dan remaja di Desa Cibiru Tonggoh, Cileunyi, Bandung, 21 September 2014. Ritual masyarakat agraris Bandung Timur ini untuk melestarikan tradisi kuno pada generasi muda. TEMPO/Prima Mulia
Iklan

TEMPO.CO , Bandung: Warga kampung Cibiru Tonggoh, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung tidak khawatir bakal kekurangan air akibat musim kemarau panjang tahun ini.  Meski kekeringan kini sedang merajalela namun warga tidak kekurangan air bersih guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Guna mensyukuri hal itu, warga menggelar upacara Hajat Buruan Perang Cai, pada Minggu, 20 September 2015. Ratusan warga tumpah ruah membanjiri jalanan di sekitaran kampung guna menggelar upacara itu.

Salah satu sesepuh kampung Cibiru Tonggoh Enjang Dimyati, mengatakan upacara itu merupakan bentuk rasa terimakasih karena warga masyarakat tidak sulit mendapatkan air, meski musim kemarau tak kunjung pergi.

"Kita mengingatkan kembali rasa bersyukur kepada para leluhur yang sudah meninggalkan tanda-tanda sumber mata air disini, inilah yang harus kita jaga, kita bangun dari mulai generasi muda sampai yang tua sekalipun," ujar Enjang kepada Tempo seusai upacara itu berlangsung.

Acara dimulai dengan iring-iringan Reak--musik tradisional, yang berkeliling mengitari setiap ruas jalan di perkampungan itu. Bunyi terompet pencak yang khas dibalut dengan tabuhan beberapa alat musik pukul memeriahkan acara itu.

Setelahnya, baru beberapa sesepuh kampung didampingi oleh puluhan anak kecil bersila dan mulai menggelar ruwatan guna memuluskan upacara Perang Air itu. Aroma kemenyan pun cukup akrab dengan hidung warga yang menyaksikan acara itu.

"Ritualnya juga berbentuk doa kepada Allah Swt karena sekarang dalam keadaan kemarau panjang Alhamdulillah di Cibiru Tonggoh ini khususnya di RT 3-4, RW 7 ini tidak kekurangan air sedikit pun," ujarnya.

Acara puncak pun langsung digelar. Warga yang tidak mengenal batas usia ikut memeriahkan acara itu. Mereka berbondong-bondong saling melempar air yang diisikan kedalam plastik. Meski tidak turun hujan namun jalanan di kampung Cibiru Tonggoh basah kuyup akibat upacara itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tidak ada aturan baku dalam pagelaran perang air itu. Setiap warga diperbolehkan saling melancarkan serangan dengan melemparkan air menuju siapa pun, tidak terkecuali orang yang tidak sengaja lewat ataupun warga yang hanya berniat menonton. "Siap aja basah-basahan," ujar salah seorang warga.

Menurut Enjang, selain sebagai bentuk rasa syukur, upacara itupun dimaksudkan sebagai bentuk pengajaran bagi anak-anak agar tahu dan bisa berkontribusi dalam menjaga dan melestarikan sumber mata air yang ada di kampung itu.

Budayawan Sunda, Abah Nanu yang juga mengikuti acara itu, mengatakan upacara itu sangat diperlukan bagi masyarakat. Menurut dia, ritual seperti upacara perang air itu berfungsi sebagai penyokong bagi kelestarian alam.

Menurut Abah Nanu, dalam tradisi masyarakat Sunda, upacara yang berkaitan dengan air itu rutin dilakukan menjelang musim tanam padi. Makanya, dengan adanya upacara itu mudah-mudahan bisa mengakhiri paceklik kekurangan air yang kini semakin mewabah.

"Yang perlu diingat dalam upacara ini yakni, nilai yang disampaikan dalam upacaranya, bukan orangnya," katanya. "Upacara ini pun mengajarkan agar generasi muda bisa dan harus mencintai alamnya," ujar dia.

AMINUDIN A.S

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Pengunjung Situ Cileunca Pangalengan Tenggelam, Dua Korban Ditemukan Meninggal

3 hari lalu

Foto udara Situ atau Danau Cileunca di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu 5 Agustus 2023. Kawasan Situ Cileunca yang memiliki luas area 11 ribu hektar serta daya tampung hingga 11,5 juta kubik air tersebut menjadi lokasi sumber air baku bagi kebutuhan seluruh masyarakat kota Bandung yang mencapai 7.000 hingga 8.000 liter perdetik atau 7 - 8 juta kubik per bulan. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Pengunjung Situ Cileunca Pangalengan Tenggelam, Dua Korban Ditemukan Meninggal

Laporan orang tenggelam di Situ Cileunca diterima pada 9 April 2024. Pencarian butuh berhari-hari karena dipengaruhi oleh beberapa faktor.


Gerombolan Monyet Ekor Panjang ke Pemukiman Daerah Soreang Bandung

18 hari lalu

Kawanan monyet ekor panjang yang memasuki kawasan permukiman di Kota Bandung. Cuplikan video netizen
Gerombolan Monyet Ekor Panjang ke Pemukiman Daerah Soreang Bandung

Setelah Kota Bandung, kini giliran Soreang, ibu kota Kabupaten Bandung, menjadi sasaran kawanan monyet ekor panjang untuk berkeliaran.


BMKG Prediksi Musim Kemarau Dimulai pada April

22 hari lalu

Petani beraktivitas di sawah kawasan Majalengka, Jawa Barat, Senin, 20 November 2023. Kesulitan air di daerah tersebut mulai dirasakan sejak Juni 2023 hingga saat ini. Akibat musim kemarau, petani mengaliri sawahnya menggunakan pompa dari sumur yang airnya terbatas. TEMPO/ Febri Angga Palguna
BMKG Prediksi Musim Kemarau Dimulai pada April

Pantura bakal menjadi daerah pertama di Jawa yang memulai musim kemarau pada April mendatang.


Waspada Dampak Penguapan Air Selama Kemarau, Diperkirakan Berlangsung di Jakarta dan Banten pada Juni-Agustus 2024

23 hari lalu

Warga beraktivitas di pinggir Waduk Cacaban, Kedung Banteng, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Selasa, 11 September 2018. Akibat musim kemarau tahun ini, volume air di salah satu waduk penyuplai di wilayah Pantura itu menyusut hingga lebih dari puluhan meter sehingga mengancam kekeringan, terutama persawahan di sejumlah wilayah itu. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Waspada Dampak Penguapan Air Selama Kemarau, Diperkirakan Berlangsung di Jakarta dan Banten pada Juni-Agustus 2024

Fenomena penguapan air dari tanah akan menggerus sumber daya air di masyarakat. Rawan terjadi saat kemarau.


Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

23 hari lalu

Ilustrasi kekeringan: Warga berjalan di sawah yang kering akibat kemarau di Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/Fauzan/ama.
Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

Jakarta dan Banten diperkirakan memasuki musim kemarau mulai Juni mendatang, dan puncaknya pada Agustus. Sedikit mundur karena anomali iklim.


Pemkab Bandung Raih 5 Penghargaan Top Bussiness 2024

28 hari lalu

Pemkab Bandung Raih 5 Penghargaan Top Bussiness 2024

Top BUMD Awards adalah kegiatan corporate rating atau pemberian penghargaan kepada BUMD-BUMD terbaik se-Indonesia


Kapan Musim Kemarau 2024 Tiba? Ini Penjelasan BMKG

31 hari lalu

Ilustrasi kekeringan: Warga berjalan di sawah yang kering akibat kemarau di Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/Fauzan/ama.
Kapan Musim Kemarau 2024 Tiba? Ini Penjelasan BMKG

Awal kemarau di Indonesia diperkirakan tidak akan serentak di seluruh wilayah. Kemarau di beberapa daerah mundur dibanding jadwal biasanya.


Bupati Bandung Kembali Raih Penghargaan dari Kementerian PAN-RB

35 hari lalu

Bupati Bandung Kembali Raih Penghargaan dari Kementerian PAN-RB

Kabupaten Bandung merekrut lebih banyak PNS untuk memenuhi kebutuhan lima rumah sakit baru.


Bupati Bandung Laksanakan Ground Breaking RSUD Bedas Pacira

41 hari lalu

Bupati Bandung Laksanakan Ground Breaking RSUD Bedas Pacira

Ground breaking RSUD Bedas Pacira ini adalah yang kelima, setelah empat rumah sakit lainnya telah diresmikan.


Hasil Rekapitulasi KPU Tetapkan PKB Jadi 'Penguasa Baru' Kabupaten Bandung

43 hari lalu

Hasil Rekapitulasi KPU Tetapkan PKB Jadi 'Penguasa Baru' Kabupaten Bandung

Suara PKB mendominasi untuk DPR, DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten Bandung.