TEMPO.CO, Banda Aceh - Warga di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tak bisa lagi bernafas lega. Setelah sekian lama "aman", wilayah ini akhirnya tak luput dari serbuan kabut asap akibat kebakaran hutan di provinsi tetangganya di Sumatera dan Kalimantan.
Kabut asap mulai menyelimuti Aceh sejak Sabtu siang, 19 September 2015. Saat itu kabut asap tidak terlalu pekat, tapi makin tebal menjelang Sabtu malam. Udara juga terasa panas.
Kondisi itu terus berlangsung hingga hari ini, Ahad, 20 September 2015. Hujan yang sempat turun sebentar pada dinihari sampai pagi tak mampu mengusir kabut asap tersebut. "Sangat terasa kabutnya, jarak pandang juga berkurang," kata Wanda, seorang warga.
Kepala Seksi Data dan Informasi di Stasiun Meteorologi Sultan Iskandar Muda (SIM) Banda Aceh, Zakaria, mengatakan penyebab datangnya kabut asap adalah embusan angin. Ia memastikan kabut asap datang dari Sumatera Selatan dan Kalimantan berdasarkan analisis atas arah dan kekuatan angin itu.
“Kabut asap kemungkinan akan bertahan dalam dua sampai tiga hari ke depan,” kata Zakaria memproyeksikan, Minggu, 20 September 2015.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banda Aceh Ridwan menyatakan bahwa pihaknya telah mengeluarkan seruan penggunaan masker untuk meminimalisasi dampak kabut asap bagi kesehatan warga. “Kami juga mengimbau warga untuk menyalakan lampu kendaraan saat ke luar rumah agar mudah terlihat oleh pengendara lain,” ujarnya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru, Riau, mengungkap data satelit yang menyebut masih adanya 94 titik api di sejumlah wilayah Sumatera pada hari ini. Dari jumlah titik api itu, Sumatera Selatan masih menjadi daerah penyumbang terbanyak dengan 64 titik.
ADI WARSIDI