TEMPO.CO, Bandung - Keluarga Adang Joppy Lili, korban meninggal akibat musibah jatuhnya alat derek (crane) di Masjidil Haram, Mekah, bersifat pasif soal kabar pemberian santunan dari berbagai pihak. Keluarga besar korban rencananya baru akan membahas penggunaan santunan setelah menerima uang tersebut.
Kembaran korban, Asep Joli, mengatakan keluarga besar mereka tidak terlalu memusingkan uang santunan. Mereka, kata Asep, telah mengetahui kabar dari berita tentang pemberian uang santunan kematian dari berbagai pihak. “Kami serahkan urusan itu ke Kementerian Agama,” katanya, Jumat, 18 September 2015.
Sebelumnya diberitakan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud kabarnya bakal memberikan santunan kepada keluarga korban meninggal dan luka akibat jatuhnya alat derek di Masjidil Haram, Mekah, sepekan lalu. Mengutip kantor berita resmi Arab Saudi, Saudi Press Agency, santunan terbagi untuk tiga kelompok.
Santunan bagi keluarga korban wafat sebesar 1 juta riyal atau sekitar Rp 3,8 miliar. Besaran santunan yang sama bagi keluarga korban yang mengalami luka dan cacat tetap. Adapun korban luka lainnya sebesar Rp 1.9 miliar.
Asep Joli mengatakan sampai hari ini belum ada satu pun pihak, baik dari Kementerian Agama maupun Kerajaan Arab Saudi, yang menghubungi keluarga soal santunan. Fokus keluarga kini pada istri korban yang kini tengah menjalankan ibadah haji. “Setiap hari masih kontak, katanya sehat dan Insya Allah kuat,” kata Asep.
Adang Joppy sebelumnya bekerja sebagai guru di Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Bandung. Ia dinyatakan wafat oleh pemerintah dua hari setelah insiden jatuhnya alat derek (crane) di Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi. Adang meninggalkan seorang istri dan dua orang anak.
ANWAR SISWADI