TEMPO.CO, Jakarta - Penanganan kabut asap dan kebakaran hutan semakin dikebut. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei mengatakan jumlah hotspot atau titik yang menjadi ancaman kebakaran sudah berkurang. Meski begitu, di sejumlah titik, kondisi belum sepenuhnya membaik.
"Saya laporkan kepada Presiden Jokowi, jumlah hotspot atau ancaman kebakaran situasinya membaik. Khususnya jumlah hotspot di Kalimantan dan Sumatera," kata Willem setelah rapat terbatas mengenai kebakaran hutan di kantor Presiden, Rabu, 16 September 2015.
Berkurangnya hotspot, kata Willem, dipicu berbagai upaya pemadaman kebakaran, baik melalui jalur darat maupun udara, yang ditingkatkan dalam beberapa pekan terakhir. "Tentunya juga peran hujan. Tapi masih ada beberapa tempat yang tidak sehat," ujar Willem. Pemerintah, kata Willem, memanfaatkan situasi yang menguntungkan ini untuk meningkatkan upaya pemadaman, seperti water bombing dan hujan buatan.
BNPB mencatat luas kebakaran lahan di Sumatera dan Kalimantan bertambah. Pada Senin, 14 September lalu, misalnya, jumlah titik api di Sumatera mencapai 1.143, meningkat dari 944 titik api pada hari sebelumnya. Di Kalimantan, titik api terdeteksi sebanyak 266 pada Senin, naik dari 222 titik pada Minggu.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan hujan baru akan mengguyur Sumatera pada Oktober mendatang. Itu pun hujan ringan. BNPB mengerahkan pesawatnya untuk memancing hujan. Pesawat-pesawat itu bergerak ke Riau, Jambi, dan Kalimantan Tengah.
ANANDA TERESIA