TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Papua Nugini Peter O’Neill langsung menunjuk utusan khusus untuk membantu menangani masalah pembebasan dua warga Indonesia (WNI) yang disandera Organisasi Papua Merdeka (OPM). Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan Papua Nugini menunjukkan dukungan sangat besar bagi pembebasan ini.
“Dua hari lalu, saya telepon dengan Menteri Luar Negeri Papua Nugini, dan kami mendapat dukungan yang sangat besar. PM O’Neill langsung menugaskan utusan khusus,” ucap Retno setelah mendarat dari Timur Tengah di Bandara Halim Perdanakusuma, Selasa malam, 15 September 2015.
Retno berujar, utusan khusus ini langsung berkoordinasi dengan tim negosiator perwakilan Indonesia yang berada di Vanemo. Menurut dia, utusan khusus PM dan tim Indonesia selalu memantau perkembangan negosiasi antara OPM dan Papua Nugini dari detik ke detik. Tim, tutur dia, mempersiapkan sejumlah skenario untuk membebaskan dua WNI tersebut. Skenario itu juga dibahas dengan utusan khusus Papua Nugini. (Baca:Kasus Penyanderaan WNI di Papua Terjadi Sejak 1980-an)
Indonesia tidak bisa bernegosiasi langsung dengan OPM, karena lokasi penyanderaan masuk wilayah Papua Nugini. Maka Indonesia bernegosiasi dengan OPM mengenai pembebasan keduanya melalui pemerintah Papua Nugini. Retno masih menolak merinci skenario apa saja yang disiapkan Indonesia untuk pembebasan.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Pandjaitan menuturkan negosiasi antara Papua Nugini dan OPM masih berjalan alot. Sebab, ada sejumlah permintaan OPM yang tidak bisa dipenuhi dan ditoleransi pemerintah Indonesia. Luhut menolak merinci permintaan yang diminta OPM. (Baca: WNI Disandera OPM di Papua Nugini, Luhut: Negosiasi Alot)
Dua warga Indonesia, Sudirman dan Badar, yang bekerja sebagai penebang kayu di Skofro, Distrik Keerom, Papua, yang berbatasan dengan Papua Nugini, disandera OPM. Penyanderaan terjadi setelah kelompok tersebut menyerang dan menembak warga.
Keduanya kemudian dibawa ke Skouwtiau, Vanimo, Papua Nugini. Karena lokasi penyanderaan tak lagi di Indonesia, Komando Daerah Militer TNI mengontak Konsulat Jenderal RI di Vanimo untuk meminta bantuan Bupati Vanimo dan tentara Papua Nugini guna membebaskan dua WNI yang disandera tersebut. (Baca: WNI Disandera di Papua Nugini, Menlu Retno: Tak Ada Barter)
ANANDA TERESIA