TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Williem Rampangilei mengakui tak ada kemajuan signifikan dalam upaya memadamkan kebakaran hutan. Kemarin, pemerintah menetapkan Provinsi Riau sebagai daerah darurat kabut asap.
"Memang untuk benar-benar memadamkan api dibutuhkan hujan, baik itu alami maupun buatan," ujar Williem ketika dihubungi, Selasa, 15 September 2015.
Williem mengatakan ada empat penyebab lambannya pemadaman. Keempatnya adalah wilayah yang terbakar sangat luas, kebakaran terjadi di lahan gambut, kekeringan membuat api semakin sulit dipadamkan, dan sulitnya mencapai titik-titik api karena keterbatasan akses. "Jadi banyak titik yang harus dipadamkan lewat udara karena tak bisa dicapai melalui jalan darat," ucap Williem.
BNPB, tutur Williem, sudah siap memadamkan dengan hujan buatan. Namun penggunaan teknologi ini bergantung pada ketersediaan awan. "Menurut BMKG, mulai hari ini jumlah awan akan cukup," katanya.
Kemarin, ucap dia, Riau sempat diguyur hujan sehingga menurunkan standar pencemaran udara, dari 300 psi menjadi 100 psi. Asap sisa kebakaran hutan dan lahan telah mengganggu aktivitas warga sebulan terakhir. Bandara Sultan Syarif Kasim II lebih dari sepekan lumpuh. Sekolah diliburkan, dan ribuan warga terserang infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Pekanbaru menyebutkan satelit Terra dan Aqua masih memantau 48 titik panas yang diindikasikan kebakaran hutan dan lahan di Sumatera. Jumlah titik panas menurun dari hari sebelumnya yang mencapai 982 titik.
TIKA PRIMANDARI