TEMPO.CO, Cilacap - Cilacap jauh dari serbuan kabut asap hasil pembakaran lahan di Sumatera dan Kalimantan, tapi kualitas udara di Cilacap, Jawa Tengah, menurun belakangan ini. Penyebabnya, musim kemarau yang berkepanjangan, banyaknya proyek perbaikan jalan yang menggunakan pembetonan, dan operasional sejumlah pabrik.
“Bahkan, polusi yang ada jauh lebih tinggi dibanding emisi gas buang kendaraan,” ujar Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Cilacap, Hartono, Selasa, 15 September 2015.
Pencemaran udara itu berasal dari debu sebagai dampak proyek peningkatan jalan dan operasional pabrik. Partikel debu juga dapat mengganggu jarak pandang dan menjadikan berbagai reaksi kimia di udara.
“Kami menghimbau kepada pihak terkait untuk meminimalisir dampak polusi debu. Misalnya dengan melakukan penyiraman secara berkala,” katanya.
Menurut Hartono, BLH Cilacap telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup. Tapi upaya itu hanya sebatas melalui pemantauan kualitas udara. “Salah satunya rutin menggelar cek emisi kendaraan,” ujar Hartono.
Dari pantauan Tempo, warga Desa Tritih Lor dan Jeruklegi Wetan, Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap, mengeluhkan tingginya polusi debu seiring dengan proyek peningkatan Jalan Raya Jeruklegi yang tengah berlangsung. Beberapa di antaranya bahkan mengaku sempat mengalami gejala infeksi saluran pernapasan ringan.
Sejumlah ruas jalan lain di wilayah Cilacap saat ini tengah berlangsung proyek perbaikan jalan yang mengakibatkan pencemaran debu. Di antaranya di ruas Jalan Soekarno–Hatta, Kesugihan, dan Kroya. Akibat polusi itu dapat teratasi setelah penduduk mendapat pengobatan dari petugas kesehatan setempat.
“Sesak napas, apalagi kalau siang hari,” kata Sumaryono, 45 tahun, warga Desa Tritih.
Pencemaran lain juga dikeluhkan warga Desa Karangkandri, Kecamatan Kesugihan, sebagai dampak dari operasional pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di wilayah tersebut. “Teras rumah menjadi hitam penuh debu dari PLTU,” kata Sugriyanto, warga Desa Karangkandri.
ARIS ANDRIANTO