TEMPO.CO, Tasikmalaya - Sumur-sumur milik warga Cikakaban, Kelurahan Setiawargi, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, sudah tiga bulan mengering akibat kemarau panjang. Warga setempat bahkan harus masuk hutan untuk mencari air untuk keperluan mencuci pakaian.
Tempat mencari air warga kampung ini bahkan sudah lain kabupaten, tempatnya berada di Kampung Gulingmunding dan Kaputihan, Kecamatan Jatiwaras, Kabupaten Tasikmalaya. Jarak yang harus ditempuh warga sekitar enam kilometer dengan medan naik-turun bukit.
"Semua sumur warga sini sudah kering," kata Umi Atikah, 55 tahun, warga Cikakaban, Selasa, 15 September 2015.
Untuk keperluan mandi, kata dia, warga menggali sumur di sawah yang mengering. Kedalaman sumur di sawah cukup dalam. Sumur baru mengeluarkan air pada kedalaman lebih dari tujuh meter.
Jarak sawah ke permukiman juga cukup jauh, sekitar dua kilometer. "Kalau untuk mandi masih ada (di sumur galian di sawah) meskipun sangat sedikit airnya. Tapi untuk mencuci yang butuh air banyak, terpaksa harus ke Jatiwaras (kabupaten tetangga)," ujar Atikah.
Saat mau mengambil air di sumur yang berada di sawah, menurut Atikah, warga berangkat pukul 01.00 WIB dari rumah. Hal ini karena tempat mengambil air juga dimanfaatkan warga dari kampung lainnya. "Kalau datang ke sana jam 04.00, airnya sudah habis," katanya.
Hal sama juga dilakukan saat mau mencuci di daerah Jatiwaras. Warga harus berangkat pagi. Tempat mencuci di Jatiwaras berupa sungai yang masih berair. "Suami yang bawa pakaian, para istri yang mencuci di sana," ujarnya.
Sejak kekurangan air, Atikah mengaku baru ada dua kali bantuan air bersih dari Pemerintah Kota Tasikmalaya. "Diharapkan sering menyalurkan air ke sini, supaya warga tidak harus jalan kaki mencari air," harap dia.
Warga lainnya, Judin, 42 tahun, mengatakan, dirinya tiap dinihari mengambil air ke Kampung Kaputihan di Kabupaten Tasikmalaya. Dia agak sedikit beruntung karena memiliki sepeda motor, tidak jalan kaki mencari air.
CANDRA NUGRAHA