TEMPO.CO, Lumajang -Musim kemarau panjang membuat debit air ratusan sumber mata air di Kabupaten Lumajang merosot. "Debit mata air menyusut hingga 30 persen," kata Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Lumajang, Imam Supriyono, Selasa, 15 September 2015.
Imam mengatakan penyusutan debit sumber mata air ini tidak terlalu ekstrem. Jumlah sumber mata air mulai dari yang besar dan kecil di Kabupaten Lumajang sebanyak 370 mata air. Sebagian besar berada di daerah barat Lumajang atau di lereng timur Gunung Semeru. "Susut tidak terlalu ekstrem.”
Beberapa tahun lalu, 46 sumber mata air mati. Sumber mata air yang mati itu berada di sebelah barat Lumajang. Mata air yang mati itu, kata Imam, adalah dampak peristiwa 1998 saat terjadi pembalakan secara masif hutan di kawasan Semeru. Saat ini, sudah 10 sumber yang kembali memancarkan air. Di sekitar 36 sumber mata air yang mati, telah ditanami pepohonan. Kembali mengalirnya sejumlah sumber mata air diharapkan bisa menambah semangat petani untuk terus menanam pohon.
Untuk merevitalisasi sumber mata air Dinas Kehutanan akan berkoordinasi dengan Perhutani. Imam tidak mengkhawatirkan mata air di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS), lantaran itu hutan lindung. Namun Dinas akan meminta Perhutani tidak menebang habis hutan produksi. "Kami meminta untuk tidak tebang habis kayu hutan yang di sekitarnya ada sumber mata air." Artinya, harus tebang pilih.
"Supaya tidak habis sama sekali, sehingga sumber mata air masih bisa dipertahankan." Pembalakan mengakibatkan mata air mati.
Namun, menurut pantauan Tempo. kemarau masih melanda sebagian besar kawasan Kabupaten Lumajang. Krisis air bersih dialami belasan ribu warga. Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Ribowo mengatakan dampak kekeringan pada 2015 lebih parah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. "Musim kemarau di Kabupaten Lumajang akan lebih kering dibanding 2014."
Sejumlah desa yang pada tahun sebelumnya tidak minta pasokan air bersih, kemarau tahun kini minta dipasok. Di antaranya Desa Dadapan, Kecamatan Padang dan Desa Pakel, Kecamatan Gucialit.
Berdasarkan surat Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), El Nino akan terjadi hingga akhir 2015. "Sebagai dampak langsungnya, musim kemarau termasuk di Kabupaten Lumajang akan lebih kering dibanding 2014," ujar Ribowo.
DAVID PRIYASIDHARTA