TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi Luar Negeri Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Demokrat, Nurhayati Assegaf, menyesalkan terpilihnya 12 calon duta besar nonkarier dalam uji pertimbangan kali ini. Nurhayati mengatakan seharusnya Presiden Joko Widodo lebih banyak memilih dubes yang telah berkarier lama sebagai diplomat.
"Saya sampaikan Presiden harus pertimbangan calon dubes karier. Mereka berkarier lama, mereka bercita-cita jadi dubes," kata Nurhayati di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa, 15 September 2015.
Menurut Nurhayati, pemilihan calon dubes nonkarier sangat berisiko dibandingkan dengan biaya yang dianggarkan Kementerian Luar Negeri untuk pendidikan diplomat. Kemenlu keluarkan biaya untuk mendidik mereka, sehingga seharusnya Presiden pertimbangkan mereka," kata dia.
Wakil Ketua Komisi Luar Negeri Tantowi Yahya tak mempermasalahkan latar belakang karier 33 calon duta besar yang tengah diuji DPR. Yang terpenting, calon memenuhi tiga syarat pertimbangan yaitu kedalaman wawasan, keterampilan komunikasi, dan administrasi terpenuhi. "Jadi, dia harus mampu memahami persoalan dunia dan kemampuan komunikasi. Itu esensinya," kata politikus Partai Golkar itu.
Hari ini, DPR kembali menggelar uji pertimbangan sembilan calon duta besar. Pada sesi pertama, DPR menguji Diennaryati Tjokrosuprihatono sebagai calon Duta Besar Ekuador; calon Duta Besar Republik Namibia, Eddy Basuki; dan calon Duta Besar Republik Mesir, Helmy Fauzi.
Pada sesi kedua, yang akan diuji yaitu calon Duta Besar Uni Emirat Arab, Husin Bagis; Husnan Bey Fananie, calon Duta Besar Azerbaijan; dan Ibnu Hadi, calon Duta Besar Republik Vietnam.
Sesi terakhir, DPR memanggil I Gede Ngurah Swajaya, calon Duta Besar Singapura;
I Gusti Agung Wesaka Puja, calon Duta Besar Belanda merangkap OPCW; dan
Iwan Suyudhie Amri, calon Duta Besar Pakistan.
Sementara 12 nama calon duta besar yang nondiplomat adalah Safira Machrusah, calon Duta Besar Aljazair (Wakil Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa); Husnan Bey Fananie, calon Duta Besar Azerbaijan (politikus Partai Persatuan Pembangunan); Helmy Fauzi, calon Duta Besar Republik Mesir (politikus PDI Perjuangan); dan Mayor Jenderal Purnawirawan Mochammad Luthfie Wittoeng, calon Duta Besar Bolivarian Venezuela.
Kemudian Marsekal Madya Purnawirawan Muhammad Basri Sidehabi, calon Duta Besar Qatar; Rizal Sukma, calon Duta Besar Inggris; Marsekal Madya Purnawirawan Budhy Santoso, calon Duta Besar Republik Panama (Ketua Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia); Diennaryati Tjokrosuprihatono, calon Duta Besar Ekuador (politikus Partai NasDem); Agus Maftuh Abegebriel, calon Duta Besar Kerajaan Arab Saudi (dosen UIN Kaligaja, Yogyakarta); dan Amelia Achmad Yani, calon Duta Besar Bosnia-Herzegovina (bekas Ketua Umum Partai Peduli Rakyat Nasional).
Lalu beredar juga nama Sri Astari Rasjid, calon Duta Besar Republik Bulgaria (pelukis), dan Alexander Litaay, calon Duta Besar Republik Kroasia (bekas Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan).
PUTRI ADITYOWATI